MAKALAH
BIOLOGI LAUT
TENTANG
(Pengaruh Pasang Surut di Daerah Estuaria)
OLEH
:
Nurul
Mutmainnah / 115080100111058
Endri
Endriano M / 115080100111045
MANAJEMEN
SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2012
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Estuaria merupakan
wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka
dan menerima masukan air tawar dari daratan. Sebagian besar estuaria didominasi
oleh substart berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan
air laut. Daerah perairan yang termasuk dalam estuaria ini adalah muara sungai,
teluk, dan rawa pasang surut. Perairan estuaria mempunyai beberapa sifat fisik
yang penting yaitu salinitas, substrat, sirkulasi air, pasang surut dan
penyimpangan zat hara. Estuaria memiliki gradien salinitas yang bervariasi
terutama bergantung pada masukan air tawar dari sungai dan air laut melalui
pasang surut.
Sebagian besar estuaria
didominasi oleh substrat lumpur yang berasal dari sedimen yang dibawa melalui
air tawar dan air laut. Sebagian besar partikel lumpur estuaria bersifat
organik sehingga substrat ini kaya akan bahan organik. Bahan organik ini
menjadi cadangan makanan yang penting bagi organisme estuaria.
Estuaria yang merupakan
daerah pertemuan antara air laut dan air tawar yang semuanya tidak terelepas
dari kegiatan pasang surut air laut itu sendiri, yang akan memberi dampak atau
berpengaruh terhadap keadaan di sekitar daerah estuaria tersebut.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah
dari pembahasan mengenai pengaruh pasang surut di daerah estuaria yaitu sebagai
berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan peristiwa
pasang surut.?
2.
Bagaimana pengaruh peristiwa pasang
surut pada daerah estuaria.?
Tujuan
Pembahasan
Adapun tujuan dari
pembahasan mengenai pengaruh peristiwa pasang surut di daerah estuaria adalah
sebagai berikut :
1.
Agar dapat mengetahui bagaimana dan apa
yang dimaksud dengan peristiwa pasang surut.
2.
Agar mengetahui pula bagaimana pengaruh
peristiwa pasang surut di daerah estuaria dan apa akibatnya.
PEMBAHASAN
Peristiwa
Pasang Surut
Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik yang selalu
berulang dengan periode tertentu dan pengaruhnya dapat dirasakan sampai jauh
masuk kearah hulu dari muara sungai. Pasang surut terjadi karena adanya gerakan
dari benda-benda angkasa yaitu rotasi bumi pada sumbunya, peredaran bulan
mengelilingi bumi dan peredaran bulan mengelilingi matahari. Gerakan tersebut
berlangsung dengan teratur mengikuti suatu garis edar dengan periode tertentu (Muhammad, 2007).
Peristiwa pasang surut juga dapat diartikan sebagai naik turunnya
permukaan laut secara periodik selama satu interval waktu tertentu (Nybakken,
1992). Peristiwa pasang surut merupakan faktor lingkungan yang sangat penting
yang mempengaruhi kehidupan di zona intertidal. Tanpa adanya pasang-surut atau
hal-hal lain yang menyebabkan naik dan turunnya permukaan air secara periodik
maka zona intertidal tidak akan seperti sebagaimana fungsinya dan faktor-faktor
lainnya akan kehilangan pengaruhnya. Seperti biota yang akan hidup di zona
tersebut tidak akan survive dan akan kehilangan habitat serta sumber makanan
dari peristiwa pasang-surut yang juga berperan untuk membawa
organisme-organisme kecil lainnya yang dapat digunakan sebagai sumber makanan
bagi biota daerah pasang surut.
Namun untuk setiap pantai tidak berarti mengalami proses pasang
surut yang sama, proses pasang surut dapat bervariasi akibat adanya hubungan
interaksi antara tenaga penggerak pasang-surut yaitu matahari, bulan, dan bumi.
Terdapat tiga tipe dasar pasang surut yang didasarkan pada periode dan
keteraturannya, yaitu pasang surut harian (diurnal), tengah harian (semi
diurnal) dan campuran (mixed tides). Dalam sebulan, variasi harian
dari rentang pasang surut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan.
Rentang pasang surut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi
lantai samudera (Muhammad, 2007).
Berbicara mengenai teori pasang surut ada beberapa pendapat
mengenai pasang surut, menurut data dalam ilmukelautan.com (2012) ada dua teori
yang berkaitan dengan pasang surut yaitu teori kesetimbangan yang diperkenalkan
oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori menerangkan sifat-sifat pasut secra
kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi
oleh air dan pengaruh kelembaman (Intertia)
diabaikan. Teori ini menyatkan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding
dengan gay pembangkit pasang surut. Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan
tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut
sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tipe Generating Force)
yaitu Resulante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan
dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya
pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah
pada dua lokasi.
Dan yang kedua adalah teori dinamik. Pond dan Pickard (1978)
menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi
seluruh bumi pada kedalaman yang konstant, tetapi gaya-gaya tarik periodik
dapat memangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan
konstitue-konstituenya. Teori ini melengkapi teori kesetimbangam sehingga
sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pasang surut berdasarkan
teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap
matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan menurut tero dinamis
adalah kedalaman dna luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan
gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal seperti topografi
dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya sehingga berbagai lokasi
memilki ciri pasang surut yang berlainan (Yogi, 2012).
Pengaruh
Pasang Surut di Daerah Estuaria
Daerah estuaria memilki
gradien salinitas ynag bervariasi terutama bergantung pada masukan air tawar
dari sungai dan air laut melalui pasang surut. Sifat fisik lain dari estuaria
adalah terjadinya sirkulasi air dimana selang waktu mengalirnya air tawar ke
dalam estuaria dan masuknya air laut melalui air pasang surut menciptakan suatu
gerakan dan transportasi air yang bermanfaat bagi biota estuaria khususnya
plankton yang hidup tersuspensi dalam air.
Air pasang surut
berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton. Disamping itu arus
ini juga berperan untuk mengencerkan dan menghanyutkan limbah sampai di
estuaria. Dalam hal penyimpana zat hara peran serta estuaria sangat besar.
Pohon mangrove dan rumput laut serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat
hara dan menyimpannya sebagai bahan organik yang akan digunakan kemudian oleh
organisme hewani.
Distribusi larva ikan
pun merupakan pengaruh dari adanya pasang surut di daerah estuaria, menurut
data dalam jurnal Saintek Perikanan oleh Subiyanto,dkk menyatakan bahwa larva
ikan yang cenderung cukup besar dijumpai pada daerah yang telah dilakukan
penelitian yang merupakan daerah mangrove, sedangkan daerah aliran sungai
jumlah individu larva ikan relatif sedikit. Dan pada daerah yang merupakan
tempat masuk aliran air laut ditemukan sebanyak 362 individu ikan. Pada
penelitian tersebut tiap dilakukan pengambilan sampel selalu berfluktuasi, hal
ini berkaitan dengan migrasi ikan yang mencari kondisi lingkungan yang sesuai
serta kebutuhan makanan untuk pertumbuhannya. Hal ini juga dinyatakan sebagai
pengaruh dari pasang surut yang mendistribusikan larva ikan ke berbagai
habitat.
Kondisi biofisik
kawasan estuaria erat kaitannya dengan sistem sungai terhadap berbagai komponen
kegiatan yang ada dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) yang kemudian bermuara di
wilayah tersebut. Oleh karena itu, keadaan DAS ynag dipengaruhi oleh proses
alamiah dan aktivitas manusia di bagian hulu, tengah dan hilir (di sekitar
muara sungai) akan berpegaruh terhadap keadaan daerah estuaria.
Organisme yang
ditemukan di estuaria merupakan suatu komunitas campuran dari organisme air
tawar dan laut. Hal ini tampak pada jenis ikan yang terdapat pada estuaria.
Salah satu bagian estuaria berupa muara sungai selalu dipengaruhi oleh pasang
surut. Adanya pasang surut ini akan mempengaruhi kehidupan biota di daerah
tersebut. Adanya pasang surut pun mempengaruhi bagaimana dimensi aliran sungai
akibat ketidak seragaman penampang sungai tersebut, seperti studi kasus pada
Kali Kemuning yang merupakan kali yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya
banjir di kota Sampang dan wilayah sekitarnya, sehingga perlakuan seperti studi
dan perencanaan pengendaliannya harus dioptimalkan. Dalam studi ini, analisa
kapasitas sungai akan dikaji dengan mempertimbangkan aliran tak tunak (unsteady
flow) dimana batas hulu adalah hydrograf banjir, dan batas hilir sungai adalah
pengaruh pasang surut air laut. Diharapkan dari hasil analisa yang digunakan
dapat memberikan pertimbangan penting dalam rangka pengendalian daya rusak air
Kali Kemuning, dan juga dapat menjadi pertimbangan pengembangan sumberdaya air
sungai. Dan hal tersebut akan sangat membantu kehidupan air baik air sungai itu
sendiri maupun air sungai yang akan mengalir hingga pada batas pertemuan antara
air sungai dan air laut yang juga pengaruhnya akan dialami oleh kehidupan biota
di daerah estuaria yang menjadi sangat rawan karena berada di daerah pertemuan
atara air darat dan laut yang masing-masing membawa kandungan yang akan bersatu
mejadi air payau. Jika kondisi air sungai tidak baik maka akan sangat
mempengaruhi keadaan biota daerah estuaria, sehingga upaya dalam studi dan
perencanaan pengendalian sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kerusakan
berlebih termasuk kerusakan yang akan terjadi pada daerah pertemuan air darat
dan laut yaitu daerah estuaria.
Sebagian besar estuaria
didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air
tawar dan air laut. Daerah perairan yang termasuk dalam estuaria ini adalah
muara sungai, teluk, dan rawa pasang surut. Air pasang surut berperan penting
sebagai pengangkut zat hara dan plankton. Disamping itu arus ini juga berperan
untuk mengencerkan dan menggelontorkan (menghanyutkan) limbah yanng sampai di
estuaria. Dalam hal penyimpanan zat hara peran serta estuaria sangat besar.
Pohon mangrove dan rumput laut serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat
hara dan menyimpannya sebagai bahan organik yang akan digunakan kemudian oleh
organisme hewani.
Banyaknya unsur hara di
daerah estuaria mengakibatkan tumbuh suburnya tumbuhan, terutama makrophyta dan phythoplankton di daerah estuaria. Menurut Mann dalam Supriharyono
(2000), produktivitas phytoplankton di
perairan estuaria dapat mencapai 500gr C/m2/th atau lebih. Jumlah
ini jauh lebih besar dibandingkan dengan perairan laut terbuka. Mengenai
produktivitas flora di daerah estuaria, lebih lanjut diketahui bahwa produktivitas
makrophyta (rumput laut) didapatkan
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas phytoplankton. Sebagai contoh di St Margaret’s Bay, Nova Scotia,
produktivitas rumput laut di perairan ini mencapai sekitar tiga kalinya (603 gr
C/m2/th) dibandingkan dengan produksi phytoplankton yang hanya 191 gr C/m2/th.
Tingginya produktivitas
primer, baik dari makrophyta maupun phytoplankton, di perairan estuaria
memungkinkan tingginya produktivitas sekunder diperairan tersebut. Beberapa
tumbuhan tersebut ada yang dimanfaatkan dalam bentuk detritus. Mann dalam
Supriharyono (2000) menyatakan bahwa 90% produksi makroalga melalui detritus
organik dan DOM (Dissolved Organic matter), dan hanya 10% yang dimakan langsung
(melalui grazing).
Di
balik kesuburan perairan di daerah estuaria namun ada kekurangannya akibat
adanya sedimentasi, karena sedimen juga mampu mengabsorbsi logam-lgam berat,
maka tidak menutup kemungkinan didaerah estuaria juga terjadi “pollutan trapped” atau perangkap bahan
pencemar. Prosews biodeposisi oleh “filter
feeders” yang dapat memindahkan dan mengkonsentrasikan segala sesuatu yang
terdapat dalam suspensi, termasuk bahan-bahan pencemar. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa daerah estuaria yang mendapat pengaruh dari adanya peristiwa
pasang surut selain dapat memberikan banyak keuntungan khususnya bagi
biota-biota estuaria namun juga sangat rawan untuk terjadinya pencemaran
sehingga jika hal itu terus berlangsung maka akan mengganggu pula kehidupan
biota di daerah estuari
Pengaruh
dari adanya proses sedimentasi menyebabkan suatu perairan memiliki kedalaman
yang berbeda-beda seperti hasil studi di perairan pesisir Banyuasin. Morfologi
perairan terutama dibentuk oleh hasil endapan sedimen dari sungai dengan
sebaran yang dikontrol oleh pasang surut dan aktifitas arus. Konfigurasi dasar
laut mempengaruhi arah dan kecepatan arus, sebaliknya arus memiliki pengaruh
yang besar terhadap transpor sedimen. Arus yang terjadi di perairan laut dapat
dipisahkan menjadi arus pasut dan arus residual, dimana peran arus pasut di
daerah estuaria cenderung lebih dominan dibandingkan dengan arus residu. Berdasarkan
hasil analisa terhadap data pasut oleh variasi kisaran tunggang pasut 0,46 m
pada saat pasang perbani (Neap Tide) hingga
3,42 m saat pasang purnama (Spring Tide).
Berdasarkan data pengamatan terlihat terjadinya ketidaksimetrisan pasut saat
menuju pasang tertinggi dan menuju surut terendah, dimana waktu yang dibutuhkan
dari kondisi surut terendah menuju pasang tertinggi (9-10 jam) jauh lebih cepat
dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan dari kondisi pasang tertinggi menuju
surut terendah (14-15 jam). Artinya terdapat perbedaan waku selama 5 jam dari
pasang tertinggi menuju surut terendah dan dari surut terendah menuju pasang
tertinggi.
Ketidaksimetrisan
pasut ini merupakan suatu fenomena yang ditemui di daerah muara sungai, karena
pada saat pasang terjadi pemasukan massa air dari laut dan hulu sungai sehingga
mengakibatkan terjadinya penumpukan massa air di estuari dan akibatnya
permukaan air laut akan semakin cepat mengalami kenaikan. Sedangkan pada saat
surut, massa air meninggalkan estuari menuju laut akan tetapi massa air masih
masuk ke estuari dari hulu sehingga waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama.
Dari
pembahasan di atas diketahui bahwa begitu banyaknya pengaruh dari peristiwa
pasang surut yang terjadi di daerah estuaria, yang memungkinkan terjadinya
berbagai macam peristiwa baik untuk biota daerah estuari ataupun pengaruh fisik
dari daerah esuaria itu sendiri.
KESIMPULAN
Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik yang selalu
berulang dengan periode tertentu dan pengaruhnya dapat dirasakan sampai jauh
masuk kearah hulu dari muara sungai. Air pasang surut
berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton. Disamping itu arus
ini juga berperan untuk mengencerkan dan menghanyutkan limbah sampai di
estuaria. Dalam hal penyimpana zat hara peran serta estuaria sangat besar.
Pohon mangrove dan rumput laut serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat
hara dan menyimpannya sebagai bahan organik yang akan digunakan kemudian oleh
organisme hewani.
Distribusi larva ikan
pun merupakan pengaruh dari adanya pasang surut di daerah estuaria, adanya
pasang surut pun mempengaruhi bagaimana dimensi aliran sungai akibat ketidakseragaman
penampang sungai akibat endapan lumpur, sebagian besar estuaria didominasi oleh
substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air
laut, disamping
itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan
(menghanyutkan) limbah yanng sampai di estuaria.
Di
balik kesuburan perairan di daerah estuaria namun ada kekurangannya akibat
adanya sedimentasi, karena sedimen juga mampu mengabsorbsi logam-lgam berat,
maka tidak menutup kemungkinan didaerah estuaria juga terjadi “pollutan trapped” atau perangkap bahan
pencemar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah estuaria yang mendapat
pengaruh dari adanya peristiwa pasang surut selain dapat memberikan banyak
keuntungan khususnya bagi biota-biota estuaria namun juga sangat rawan untuk
terjadinya pencemaran sehingga jika hal itu terus berlangsung maka akan mengganggu
pula kehidupan biota di daerah estuari.
DAFTAR
PUSTAKA
Muhammad,
2007. BREAKWATER!!!. http://rageagainst.multiply.com/journal/item/35?&show_interstitial=1&u=/journal/item
Diakses pada tanggal 12 Mei 2012.
Nybakken W. James, BIOLOGI
LAUT, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992.
Yogi,
2012. Pasang Surut. http://www.ilmukelautan.com/oseanografi/fisika-oseanografi/402-pasang-surut
Diakses pada tanggal 12 Mei 2012.
[PDF]
1 STUDI KOMPONEN PASANG SURUT PERAIRAN DANGKAL. http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt31/jurnal/juni_1_final.pdf
[PDF]
Jurnal Aplikasi Model Numerik 1-Dimensi
Aliran di Sungai. http://diplomasipil.its.ac.id/ejournal/e75%20jurnal%20Suharjoko.pdf
[PDF]
Jurnal Geoaplika (2008) Volume 3, Nomor
3, hal.143-150 143. http://www.fitb.itb.ac.id/kk-geologi../wp../334-ga-aris-i-hal-143-150.pdf
[PDF]
Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus
di Muara Sungai Musi. http://eprints.unsri.ac.id/585/1/v15-no1-d-2-heron-(35-39)-JPS.pdf
[PDF]
KEANEKARAGAMAN FAUNA IKAN DI PERAIRAN MANGROVE.
http://www.oseanografi.lipi.go.id/sites/default/files/oldi_41_39-53.pdf
[PDF]
KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA IKAN
PELAGIS. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/41086268_1858-4787.pdf