Monday, October 22, 2012


MAKALAH
BIOLOGI LAUT
TENTANG
(Pengaruh Pasang Surut di Daerah Estuaria)





                      
OLEH              :
                                                 Nurul Mutmainnah   / 115080100111058
                                                 Endri Endriano M    / 115080100111045




MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Estuaria merupakan wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Sebagian besar estuaria didominasi oleh substart berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut. Daerah perairan yang termasuk dalam estuaria ini adalah muara sungai, teluk, dan rawa pasang surut. Perairan estuaria mempunyai beberapa sifat fisik yang penting yaitu salinitas, substrat, sirkulasi air, pasang surut dan penyimpangan zat hara. Estuaria memiliki gradien salinitas yang bervariasi terutama bergantung pada masukan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut.
Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat lumpur yang berasal dari sedimen yang dibawa melalui air tawar dan air laut. Sebagian besar partikel lumpur estuaria bersifat organik sehingga substrat ini kaya akan bahan organik. Bahan organik ini menjadi cadangan makanan yang penting bagi organisme estuaria.
Estuaria yang merupakan daerah pertemuan antara air laut dan air tawar yang semuanya tidak terelepas dari kegiatan pasang surut air laut itu sendiri, yang akan memberi dampak atau berpengaruh terhadap keadaan di sekitar daerah estuaria tersebut.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan mengenai pengaruh pasang surut di daerah estuaria yaitu sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan peristiwa pasang surut.?
2.      Bagaimana pengaruh peristiwa pasang surut pada daerah estuaria.?

Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari pembahasan mengenai pengaruh peristiwa pasang surut di daerah estuaria adalah sebagai berikut :
1.      Agar dapat mengetahui bagaimana dan apa yang dimaksud dengan peristiwa pasang surut.
2.      Agar mengetahui pula bagaimana pengaruh peristiwa pasang surut di daerah estuaria dan apa akibatnya.

PEMBAHASAN
Peristiwa Pasang Surut
Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik yang selalu berulang dengan periode tertentu dan pengaruhnya dapat dirasakan sampai jauh masuk kearah hulu dari muara sungai. Pasang surut terjadi karena adanya gerakan dari benda-benda angkasa yaitu rotasi bumi pada sumbunya, peredaran bulan mengelilingi bumi dan peredaran bulan mengelilingi matahari. Gerakan tersebut berlangsung dengan teratur mengikuti suatu garis edar dengan periode tertentu (Muhammad, 2007).
Peristiwa pasang surut juga dapat diartikan sebagai naik turunnya permukaan laut secara periodik selama satu interval waktu tertentu (Nybakken, 1992). Peristiwa pasang surut merupakan faktor lingkungan yang sangat penting yang mempengaruhi kehidupan di zona intertidal. Tanpa adanya pasang-surut atau hal-hal lain yang menyebabkan naik dan turunnya permukaan air secara periodik maka zona intertidal tidak akan seperti sebagaimana fungsinya dan faktor-faktor lainnya akan kehilangan pengaruhnya. Seperti biota yang akan hidup di zona tersebut tidak akan survive dan akan kehilangan habitat serta sumber makanan dari peristiwa pasang-surut yang juga berperan untuk membawa organisme-organisme kecil lainnya yang dapat digunakan sebagai sumber makanan bagi biota daerah pasang surut.
Namun untuk setiap pantai tidak berarti mengalami proses pasang surut yang sama, proses pasang surut dapat bervariasi akibat adanya hubungan interaksi antara tenaga penggerak pasang-surut yaitu matahari, bulan, dan bumi. Terdapat tiga tipe dasar pasang surut yang didasarkan pada periode dan keteraturannya, yaitu pasang surut harian (diurnal), tengah harian (semi diurnal) dan campuran (mixed tides). Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang surut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang surut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera (Muhammad, 2007).
Berbicara mengenai teori pasang surut ada beberapa pendapat mengenai pasang surut, menurut data dalam ilmukelautan.com (2012) ada dua teori yang berkaitan dengan pasang surut yaitu teori kesetimbangan yang diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori menerangkan sifat-sifat pasut secra kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Intertia) diabaikan. Teori ini menyatkan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gay pembangkit pasang surut. Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tipe Generating Force) yaitu Resulante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi.
Dan yang kedua adalah teori dinamik. Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstant, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat memangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-konstituenya. Teori ini melengkapi teori kesetimbangam sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan menurut tero dinamis adalah kedalaman dna luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal seperti topografi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya sehingga berbagai lokasi memilki ciri pasang surut yang berlainan (Yogi, 2012).

Pengaruh Pasang Surut di Daerah Estuaria
Daerah estuaria memilki gradien salinitas ynag bervariasi terutama bergantung pada masukan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut. Sifat fisik lain dari estuaria adalah terjadinya sirkulasi air dimana selang waktu mengalirnya air tawar ke dalam estuaria dan masuknya air laut melalui air pasang surut menciptakan suatu gerakan dan transportasi air yang bermanfaat bagi biota estuaria khususnya plankton yang hidup tersuspensi dalam air.
Air pasang surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton. Disamping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menghanyutkan limbah sampai di estuaria. Dalam hal penyimpana zat hara peran serta estuaria sangat besar. Pohon mangrove dan rumput laut serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan organik yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani.
Distribusi larva ikan pun merupakan pengaruh dari adanya pasang surut di daerah estuaria, menurut data dalam jurnal Saintek Perikanan oleh Subiyanto,dkk menyatakan bahwa larva ikan yang cenderung cukup besar dijumpai pada daerah yang telah dilakukan penelitian yang merupakan daerah mangrove, sedangkan daerah aliran sungai jumlah individu larva ikan relatif sedikit. Dan pada daerah yang merupakan tempat masuk aliran air laut ditemukan sebanyak 362 individu ikan. Pada penelitian tersebut tiap dilakukan pengambilan sampel selalu berfluktuasi, hal ini berkaitan dengan migrasi ikan yang mencari kondisi lingkungan yang sesuai serta kebutuhan makanan untuk pertumbuhannya. Hal ini juga dinyatakan sebagai pengaruh dari pasang surut yang mendistribusikan larva ikan ke berbagai habitat.
Kondisi biofisik kawasan estuaria erat kaitannya dengan sistem sungai terhadap berbagai komponen kegiatan yang ada dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) yang kemudian bermuara di wilayah tersebut. Oleh karena itu, keadaan DAS ynag dipengaruhi oleh proses alamiah dan aktivitas manusia di bagian hulu, tengah dan hilir (di sekitar muara sungai) akan berpegaruh terhadap keadaan daerah estuaria.
Organisme yang ditemukan di estuaria merupakan suatu komunitas campuran dari organisme air tawar dan laut. Hal ini tampak pada jenis ikan yang terdapat pada estuaria. Salah satu bagian estuaria berupa muara sungai selalu dipengaruhi oleh pasang surut. Adanya pasang surut ini akan mempengaruhi kehidupan biota di daerah tersebut. Adanya pasang surut pun mempengaruhi bagaimana dimensi aliran sungai akibat ketidak seragaman penampang sungai tersebut, seperti studi kasus pada Kali Kemuning yang merupakan kali yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya banjir di kota Sampang dan wilayah sekitarnya, sehingga perlakuan seperti studi dan perencanaan pengendaliannya harus dioptimalkan. Dalam studi ini, analisa kapasitas sungai akan dikaji dengan mempertimbangkan aliran tak tunak (unsteady flow) dimana batas hulu adalah hydrograf banjir, dan batas hilir sungai adalah pengaruh pasang surut air laut. Diharapkan dari hasil analisa yang digunakan dapat memberikan pertimbangan penting dalam rangka pengendalian daya rusak air Kali Kemuning, dan juga dapat menjadi pertimbangan pengembangan sumberdaya air sungai. Dan hal tersebut akan sangat membantu kehidupan air baik air sungai itu sendiri maupun air sungai yang akan mengalir hingga pada batas pertemuan antara air sungai dan air laut yang juga pengaruhnya akan dialami oleh kehidupan biota di daerah estuaria yang menjadi sangat rawan karena berada di daerah pertemuan atara air darat dan laut yang masing-masing membawa kandungan yang akan bersatu mejadi air payau. Jika kondisi air sungai tidak baik maka akan sangat mempengaruhi keadaan biota daerah estuaria, sehingga upaya dalam studi dan perencanaan pengendalian sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kerusakan berlebih termasuk kerusakan yang akan terjadi pada daerah pertemuan air darat dan laut yaitu daerah estuaria.
Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut. Daerah perairan yang termasuk dalam estuaria ini adalah muara sungai, teluk, dan rawa pasang surut. Air pasang surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton. Disamping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan (menghanyutkan) limbah yanng sampai di estuaria. Dalam hal penyimpanan zat hara peran serta estuaria sangat besar. Pohon mangrove dan rumput laut serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan organik yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani.
Banyaknya unsur hara di daerah estuaria mengakibatkan tumbuh suburnya tumbuhan, terutama makrophyta dan phythoplankton di daerah estuaria. Menurut Mann dalam Supriharyono (2000), produktivitas phytoplankton di perairan estuaria dapat mencapai 500gr C/m2/th atau lebih. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan dengan perairan laut terbuka. Mengenai produktivitas flora di daerah estuaria, lebih lanjut diketahui bahwa produktivitas makrophyta (rumput laut) didapatkan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas phytoplankton. Sebagai contoh di St Margaret’s Bay, Nova Scotia, produktivitas rumput laut di perairan ini mencapai sekitar tiga kalinya (603 gr C/m2/th) dibandingkan dengan produksi phytoplankton yang hanya 191 gr C/m2/th.
Tingginya produktivitas primer, baik dari makrophyta maupun phytoplankton, di perairan estuaria memungkinkan tingginya produktivitas sekunder diperairan tersebut. Beberapa tumbuhan tersebut ada yang dimanfaatkan dalam bentuk detritus. Mann dalam Supriharyono (2000) menyatakan bahwa 90% produksi makroalga melalui detritus organik dan DOM (Dissolved Organic matter), dan hanya 10% yang dimakan langsung (melalui grazing).
Di balik kesuburan perairan di daerah estuaria namun ada kekurangannya akibat adanya sedimentasi, karena sedimen juga mampu mengabsorbsi logam-lgam berat, maka tidak menutup kemungkinan didaerah estuaria juga terjadi “pollutan trapped” atau perangkap bahan pencemar. Prosews biodeposisi oleh “filter feeders” yang dapat memindahkan dan mengkonsentrasikan segala sesuatu yang terdapat dalam suspensi, termasuk bahan-bahan pencemar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah estuaria yang mendapat pengaruh dari adanya peristiwa pasang surut selain dapat memberikan banyak keuntungan khususnya bagi biota-biota estuaria namun juga sangat rawan untuk terjadinya pencemaran sehingga jika hal itu terus berlangsung maka akan mengganggu pula kehidupan biota di daerah estuari
Pengaruh dari adanya proses sedimentasi menyebabkan suatu perairan memiliki kedalaman yang berbeda-beda seperti hasil studi di perairan pesisir Banyuasin. Morfologi perairan terutama dibentuk oleh hasil endapan sedimen dari sungai dengan sebaran yang dikontrol oleh pasang surut dan aktifitas arus. Konfigurasi dasar laut mempengaruhi arah dan kecepatan arus, sebaliknya arus memiliki pengaruh yang besar terhadap transpor sedimen. Arus yang terjadi di perairan laut dapat dipisahkan menjadi arus pasut dan arus residual, dimana peran arus pasut di daerah estuaria cenderung lebih dominan dibandingkan dengan arus residu. Berdasarkan hasil analisa terhadap data pasut oleh variasi kisaran tunggang pasut 0,46 m pada saat pasang perbani (Neap Tide) hingga 3,42 m saat pasang purnama (Spring Tide). Berdasarkan data pengamatan terlihat terjadinya ketidaksimetrisan pasut saat menuju pasang tertinggi dan menuju surut terendah, dimana waktu yang dibutuhkan dari kondisi surut terendah menuju pasang tertinggi (9-10 jam) jauh lebih cepat dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan dari kondisi pasang tertinggi menuju surut terendah (14-15 jam). Artinya terdapat perbedaan waku selama 5 jam dari pasang tertinggi menuju surut terendah dan dari surut terendah menuju pasang tertinggi.
Ketidaksimetrisan pasut ini merupakan suatu fenomena yang ditemui di daerah muara sungai, karena pada saat pasang terjadi pemasukan massa air dari laut dan hulu sungai sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan massa air di estuari dan akibatnya permukaan air laut akan semakin cepat mengalami kenaikan. Sedangkan pada saat surut, massa air meninggalkan estuari menuju laut akan tetapi massa air masih masuk ke estuari dari hulu sehingga waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama.
Dari pembahasan di atas diketahui bahwa begitu banyaknya pengaruh dari peristiwa pasang surut yang terjadi di daerah estuaria, yang memungkinkan terjadinya berbagai macam peristiwa baik untuk biota daerah estuari ataupun pengaruh fisik dari daerah esuaria itu sendiri.



KESIMPULAN
Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik yang selalu berulang dengan periode tertentu dan pengaruhnya dapat dirasakan sampai jauh masuk kearah hulu dari muara sungai. Air pasang surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton. Disamping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menghanyutkan limbah sampai di estuaria. Dalam hal penyimpana zat hara peran serta estuaria sangat besar. Pohon mangrove dan rumput laut serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan organik yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani.
Distribusi larva ikan pun merupakan pengaruh dari adanya pasang surut di daerah estuaria, adanya pasang surut pun mempengaruhi bagaimana dimensi aliran sungai akibat ketidakseragaman penampang sungai akibat endapan lumpur, sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut, disamping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan (menghanyutkan) limbah yanng sampai di estuaria.
Di balik kesuburan perairan di daerah estuaria namun ada kekurangannya akibat adanya sedimentasi, karena sedimen juga mampu mengabsorbsi logam-lgam berat, maka tidak menutup kemungkinan didaerah estuaria juga terjadi “pollutan trapped” atau perangkap bahan pencemar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah estuaria yang mendapat pengaruh dari adanya peristiwa pasang surut selain dapat memberikan banyak keuntungan khususnya bagi biota-biota estuaria namun juga sangat rawan untuk terjadinya pencemaran sehingga jika hal itu terus berlangsung maka akan mengganggu pula kehidupan biota di daerah estuari.









DAFTAR PUSTAKA

          Diakses pada tanggal 12 Mei 2012.
Nybakken  W. James, BIOLOGI LAUT, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992.
          Diakses pada tanggal 12 Mei 2012.
[PDF] 1 STUDI KOMPONEN PASANG SURUT PERAIRAN DANGKAL. http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt31/jurnal/juni_1_final.pdf
[PDF] Jurnal Aplikasi Model Numerik 1-Dimensi Aliran di Sungai. http://diplomasipil.its.ac.id/ejournal/e75%20jurnal%20Suharjoko.pdf
[PDF] Jurnal Geoaplika (2008) Volume 3, Nomor 3, hal.143-150 143. http://www.fitb.itb.ac.id/kk-geologi../wp../334-ga-aris-i-hal-143-150.pdf
[PDF] Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus di Muara Sungai Musi. http://eprints.unsri.ac.id/585/1/v15-no1-d-2-heron-(35-39)-JPS.pdf
[PDF] KEANEKARAGAMAN FAUNA IKAN DI PERAIRAN MANGROVE. http://www.oseanografi.lipi.go.id/sites/default/files/oldi_41_39-53.pdf
[PDF] KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA IKAN PELAGIS. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/41086268_1858-4787.pdf