MAKALAH
PENGANTAR ILMU PERIKANAN DAN KELAUTAN
TENTANG
OLEH
:
Nurul Mutmainnah /
115080100111058
Rila Arbianti /
115080101111016
Viga Boy Kharisma /
115080100111028
Suliswanto /
115080100111060
M. Nizar Rozaki /
115080100111074
Dimas Agung P /
115080100111056
Samuel Saputra H /
115080100111054
Wahyudian Joko W /
115080100111050
Cahyani Rohmawati /
115080100111062
MANAJEMEN
SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2011
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Kegiatan
penangkapan ikan merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk memanfaatkan
potensi perikanan yang ada di Indonesia. Dalam kegiatan penangkapan ikan
diperlukan berbagai informasi tentang konstruksi dan pengoperasian alat tangkap
yang efektif, kondisi oseanografi, maupun mengenai tingkah laku ikan yang
menjadi sasaran penangkapan. Ikan yang ada di laut harus dapat dimanfaatkan
dengan baik melalui proses penangkapan ikan. Secara garis besar di Indonesia
terdapat 10 macam alat tangkap yang sering yang digunakan yaitu seperti pukat
udang, pukat kantong, pukat cincin, jaring insang, jaring angkat, mata pancing,
bubu, pengumpul kerang/rumput laut, pukat ikan karang, dan tombak (Haxims,
2010), yang semuanya memiliki fungsi masing-masing dan biasa digunakan pada
daerah-daerah yang sesuai pula.
Ikan
laut merupakan kekayaan alam yang tidak habis-habisnya selama dapat mengelola
dengan baik karena di laut yang sangat luas terjadi kesadaran masyarakat akan
pentingnya laut semakin baik, berbagai proses perbaikan stok ikan baik melalui
pertumbuhan fertilitas, migrasi ikan dan lain-lain. Ikan yang ada di laut ini
harus dapat dimanfaatkan dengan baik melalui proses penangkapan ikan. Untuk
melakukan penangkapan harus menggunakan alat tangkap yang sesuai dengan
karakteristik tingkah laku dan habitat ikan yang berada di laut tersebut (UMKM,
2010).
Setiap
usaha penangkapan ikan di laut pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan
daerah penangkapan, gerombolan ikan, dan keadaan potensinya untuk kemudian dilakukan
operasi penangkapannya. Beberapa cara untuk mendapatkan kawasan ikan sebelum
penangkapan dilakukan menggunakan alat bantu penangkap yang biasa disebut
rumpin dan sinar lampu. Kedudukan rumpon dan sinar lampu untuk usaha
penangkapan ikan di perairan Indonesia sangat penting ditinjau dari segala
aspek baik ekologi, biologi, maupun ekonomi. Rumpon digunakan pada siang hari
sedangkan lampu digunakan pada malam hari untuk mengumpulkan ikan pada
titik/tempat laut tertentu sebelum operasi penangkapan dilakukan dengan alat
penangkap ikan seperti jaring, huhate dsb (SIPUK, 2007).
PEMBAHASAN
ALAT
TANGKAP IKAN (JARING, PANCING, DAN TRAP)
Banyaknya jenis ikan dengan segala sifatnya yang hidup di
perairan yang lingkungannya berbeda-beda, menimbulkan cara penangkapan termasuk
penggunaan alat penangkap yang berbeda-beda pula. Juga sifat dari ikan pelagis
selalau berpindah-pindah tempat, baik terbatas hanya pada suatu daerah maupun
berupa jarak jauh seperti ikan tuna dan cakalang yang melintasi perairan beberapa
negara tetangga Indonesia.
Dilihat dari segi kemampuan usaha nelayan, jangkauan
daerah laut serta jenis alat penangkapan yang digunakan oleh para nelayan
Indonesia dapat dibedakan antara usaha nelayan kecil, menengah, dan besar.
Dalam melakukan usaha penangkap ikan dari tiga kelompok nelayan tersebut
digunakan sekitar 15 s/d 25 jenis alat penangkap yang dapat dibagi dalam empat
kelompok sebagai berikut.
Kelompok Alat Tangkap Ikan
Nelayan
No
|
Kelompok
|
Nama Alat
Tangkap
|
1
|
Pukat
|
Payang
termasuk lampara, Pukat pantai, Pukat cincin
|
2
|
Jaring
|
Jaring
insang hanyut, Jaring insang lilngkar, Jaring klitik, Jaring trammel
|
3
|
Jaring
Angkat
|
Bagan
Perahu, Bangan Tancap, Bagan Rakit, Serok, Bondong dan banrong
|
4
|
Pancing
|
Rawi tuna,
Rawai hanyut selain, Rawai tetap, Huhate, Pancing tonda, Pancing tangan-hand
lin
|
(SIPUK, 2007).
Namun
secara umum alat tangkap ikan terbagi dalam tiga macam yaitu alat tangkap
Jaring, Pancing, dan Trap.
ALAT
TANGKAP JARING
Menurut arti katanya alat penangkapan ikan, burung, dsb yang
berupa siratan atau rajutan tali/benang yang membentuk mata jala dapat
dikatakan sebagai jaring. Jaring terdapat beberapa macam berdasarkan
definisinya menurut data artikata.com (2011), yaitu :
- Jaring
angkat merupakan jaring penangkap ikan yang pada waktu diturunkan dan diangkat dari perairan, dan gerakannya vertikal.
-
Jaring
angkat tetap merupakan jaring angkat yang cara pemasangannya tetap di suatu
tempat, yaitu dekat pantai atau di tempat yang dangkal.
-
Jaring
dorong merupakan jaring berbentuk kantong yang penggunaannya dengan cara
mendorong alat tersebut ke depan ke tempat yang diperkirakan ada ikannya,
pendorongan dilakukan dengan tangan atau dengan perahu di tempat dangkal.
-
Jaring
halau merupakan jaring yang hanya digunakan di daerah perairan berkarang untuk
menangkap ikan karang.
-
Jaring
hanyut merupakan jaring insang yang pemasangannya dibiarkan hanyut mengikuti
arus.
-
Jaring
insang 1 merupakan jaring berbentuk persegi empat panjang yg dilengkapi dengan
pemberat di bagian bawah dan pelampung di bagian atas, dipasang menghadang arah
gerak ikan sehingga ikan tertangkap karena insangnya tersangkut pada mata
jaring.
-
Jaring
insang 2 merupakan jaring ikan yg dipasang melingkar pada waktu penangkapan
ikan.
-
Jaring
kantong merupakan jaring berbentuk kantong, mempunyai dua buah sayap yg cara
penggunaannya ditarik ke arah kapal yg sedang berhenti atau ditarik ke pantai.
Namun ada pula alat tangkap jaring
lainnya seperti :
Jaring Jodang
Jaring jodang adalah alat penangkap
ikan yang memiliki bentuk rangka trapesium yang dikelilingi jaring. Alat
tangkap ini memiliki pintu masuk yang berfungsi sebagai tempat masuknya target
tangkapan. Alat tangkap ini diklasifikasikan kedalam alat tangkap perangkap dan
penghadang.
Jaring jodang memiliki rangka
terbuat dari besi behel dengan diameter 4 mm dan badan terbuat dari warning
dengan mesh size 4 mm. Ukuran bagian bawah 30x30 cm, atas 10x10 cm, tinggi
antara 8-10 cm dan diameter pintu masuk berukuran antara 6-8 cm. Ukurannya bisa
berbeda antara nelayan satu dan nelayan lainnya meskipun masih dalam satu
daerah .
Dalam
pengoperasian jaring jondang diperlukan 3 komponen pendukung seperti:
-
Kapal
Pengoperasian jaring jodang biasanya dilakukan dengan menggunakan perahu
motor tempel yang dilengkapi dengan gardan penarik tali utama. Namun perahu
hanya digunakan untuk membawa alat ke fishing ground dan membawa hasil
tangkapan saja.
-
Nelayan
Nelayan yang mengoperasikan jaring jodang berjumlah 2-3 orang. Satu orang
bertindak sebagai nahkoda kapal dan 2 orang melakukan proses penangkapan.
-
Alat Bantu
Alat bantu yang digunakan yaitu gardan yang terbuat dari bambu, kayu dan
besi.
-
Umpan
Umpan yang biasa dipakai adalah ikan peperek atau ikan rucah yang dikaitkan
di bagian bawah jaring dengan cara diikat dengan karet gelang.
Metode
pengoperasian alat
Pemasangan jaring jodang di daerah
penangkapan dipasang satu demi satu kemudian diuntai dengan jarak satu dan
lainnya antara 3-4 m. Dalam satu set jaring jodang biasanya dipasang antara
200-600 buah jaring jodang atau tergantung dari kapasitas perahu, modal dan
kemampuan nelayan mengoperasikannya. Waktu operasi dimulai dari jam 18.00-
06.00 dengan lama peredaman antara 2-4 jam (Martasuganda, 2003).
Daerah
pengoperasian
Alat tangkap jaring jodang ini masih
banyak digunakan oleh masyarakat di daerah pantai utara dan selatan Sumatra,
namun di daerah Kalimantan Barat dan Selatan alat tangkap ini juga masih ada
yang menggunakannya. Daerah pengoperasian di perairan pantai dasar perairannya
berlumpur, berlumpur bercampur pasir atau perairan yang banyak dihuni oleh
jaring jodang dengan kedalaman antara 5-30 m tergantung keberadaan jaring
jodang pada daerah tangkapan (Martasuganda, 2003).
Hasil
tangkapan
Jenis hasil komoditas utama yang
diperoleh dari alat tangkap ini yaitu keong macan (Bobylania spirata) dan
lainnya (Sulaiman 2003).
Jaring Payang
Jaring payang merupakan salah satu
jenis alat tangkap yang cukup produktif digunakan untuk penangkapan ikan di
kolom air dan banyak tersebar di seluruh perairan Indonesia. Namun demikian
kadang kala tiap daerah dimodifikasi,
sebagai contoh bahwa jaring payang dikenal di perairan Laut Jawa dan di
Perairan Belitung dengan ukuran yang agak berbeda. Secara spesifik jaring
payang merupakan salah satu bentuk jaring penangkapan ikan yang terdiri atas kantong
jaring, kaki jaring dan tali jaring. Mata jaring memiliki ukuran standar yang
telah ditentukan dan direkomendasi oleh pemerintah.
Jaring payang banyak digunakan oleh usaha kecil menengah, karena jaring payang
memerlukan biaya yang relatif kecil sehingga terjangkau oleh nelayan kecil dan
dioperasionalkan cukup dengan satu perahu dan 5 orang anak buah kapal (ABK).
Sebagian besar pengguna jaring payang adalah nelayan tradisional dan
berpendidikan rendah.
Jaring payang biasa dioperasikan
pada daerah-daerah permukaan, dimana biasanya digunakan untuk menangkap ikan
pelagis yang tersebar begitu banyak di daerah permukaan.
ALAT
TANGKAP PANCING
Alat pancing terdiri
dari dua komponen utama, yaitu tali dan mata kail. Jumlah mata yang terdapat
pada tiap perangkat pancing bisa tunggal maupun ganda, bahkan banyak sekalli
(beberapa ratus mata kail) tergantung dari jenis pancingnya. Selain dua
komponen utama tali dan mata pancing, alat pancing dapat dilengkapi dengan
komponen lainnya, misalnya tangkai (pole), pemberat, pelampung dan kili-kili
(swivel). Pada umumnya mata pancing diberikan umpan baik dalam bentuk mati
maupun hidup atau umpan tiruan. Banyak macam alat pancing digunakan oleh para
nelayan, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dalam bentuk ukuran skala
besar yang digunakan untuk perikanan industri (SIPUK, 2007).
Kita pasti pernah mendengar berbagai macam alat
untuk menangkap ikan. Mulai dari menggunakan jaring, pancingan, perangkap,
sampai dengan yang terburuk adalah bom. Di Indonesia, ada alat tangkap yang
menangkap ikan dengan cara yang unik dan pastinya, ramah lingkungan. Nama alat
tangkap tersebut adalah "Huhate" atau dalam bahasa internasional
disebut "Pole And Line".
Huhate
Huhate
atau yang dalam bahasa internasional disebut dengan "Pole And Line"
merupakan alat penangkap ikan yang sudah digunakan sejak zaman dahulu oleh
masyarakat ambon secara turun temurun. Huhate dipergunakan khusus untuk
menangkap cakalang, maka tak heran jika alat ini juga dikenal dengan
"Pancing Cakalang".
Cara pengoperasian Huhate
Huhate dioperasikan pada pagi hari
ketika matahari terbit, yaitu sekitar pukul 05.30 - 11.00, dan pada saat
menjelang matahari terbenam, yaitu pukul 14.30 - 17.30. Sebelum melakukan
penangkapan, juru umpan (boi-boi) melakukan pengintaian di sekitar laut
menggunakan teropong, untuk menentukan daerah tempat berkumpulnya ikan
cakalang. Tanda-tanda gerombolan ikan cakalang pada umumnya adalah:
- Sekelompok burung2 yang menukik
tajam ke permukaan laut
- Ikan-ikan yang melompat diatas
permukaan laut yang menimbulkan riak-riak air laut
- Perbedaan warna air laut akibat
gerombolan ikan berenang di sekitar permukaan
Setelah
menemukan tanda-tanda ikan di laut, kapal langsung bergerak dengan kecepatan
tenang agar tidak mengusir gerombolan ikan cakalang. Juru umpan (boi-boi) dan
pemancing segera bersiap pada posisinya masing-masing. Ketika kapal sudah
berada pada posisi yang terdekat dengan gerombolan ikan, Juru Minyak langsung
menghidupkan water pump untuk menyemprotkan sprayer yang terdapat pada haluan
kapal. Hal ini dilakukan untuk mengaburkan penglihatan ikan. Setelah air
disemprotkan disekitar haluan kapal, boi-boi langsung menebarkan umpan hidup
yaitu ikan teri kelaut sehingga gerombolan cakalang mendekati kapal. Sementara
itu kapal membuat gerakan melingkar secara terus - menerus sedangkan boi-boi
menebar umpan hidup sampai gerombolan ikan cakalang sebagian besar telah
berkumpul di bagian haluan kapal.
Para pemancing yang telah
bersiap di haluan kapal kemudian mulai melakukan pemancingan. Pancing
diturunkan ke permukaan laut sambil digerak - gerakkan ke kanan dan ke kiri.
Bila cakalang telah menyambar mata kail (umpan buatan), segera ikan diangkat
dengan cara dihentakkan ke atas deck kapal. Para pemancing bertugas untuk memancing
cakalang yang berada di laut tersebut sebanyak-banyaknya, untuk itu diperlukan
kecepatan, kekuatan, kesabaran dan yang paling penting adalah keterampilan dan
keahlian pemancing. Berdasarkan posisi pemancingan untuk ABK yang telah mahir
menduduki posisi pada bagian depan haluan kapal dan seterusnya untuk yang masih
tergolong masih pemula biasanya mendapat posisi pada bagian belakang haluan
kapal. Jumlah pemancing pada setiap kapal pada umumnya adalah 32 orang.
Pemancing
paling unggul memiliki kecepatan untuk mengangkat mata pancing sampai dengan
50-60 ekor per menit. Pemancing unggulan diberi posisi di bagian haluan kapal,
dimaksudkan agar lebih banyak ikan tertangkap. Sedangkan pemancing pemula
berposisi di bagian buritan, umumnya adalah orang-orang yang baru belajar
memancing dan pemancing berusia tua yang tenaganya sudah mulai berkurang atau
sudah lamban. Hal yang perlu diperhatikan adalah pada saat pemancingan
dilakukan jangan ada ikan yang lolos atau jatuh kembali ke perairan, karena
dapat menyebabkan gerombolan ikan menjauh dari sekitar kapal.
Sekarang ini, nelayan pendatang dari
luar ambon mulai mengoperasikan alat tangkap menggunakan jaring. Dari segi
perolehan hasil, tentu saja dengan menggunakan jaring hasil yang didapatkan
bisa 2-3 kali lebih banyak daripada menggunakan huhate. Hal ini berdampak,
nelayan tradisional yang menggunakan huhate hanya mendapat sisanya yang
jumlahnya tergolong sedikit. Tidak hanya nelayan asing yang membuat nelayan
lokal terancam. Sejumlah perusahaan nasional yang mengoperasikan perahu dengan
alat tangkap jaring untuk menangkap ikan di perairan Maluku juga mengundang
resah.
Apabila pengoperasian alat tangkap
jaring tidak diatur dalam regulasi yang tepat, maka bukan tidak mungkin alat
tangkap huhate ini akan semakin berkurang penggunaannya, dan bahkan bisa
membuat alat tangkap ini hilang dari 10 daftar alat tangkap di Indonesia. Hal
yang terburuk juga berakibat berkurangnya jumlah populasi ikan cakalang secara
drastis oleh karena habis tertangkap dalam skala besar oleh alat tangkap
jaring.
Sedangkan alat pancing yang lainnya seperti
:
- Pancing tangan/ulur sederhana
Jenis pancing ini tersebar luas di Negara
kita, bahkan dapat dikatakan tiap nelayan memilikinya paling kurang satu
perangkat. Jenis ini ada yang menggunakan satu mata pancing peralat ataupun ada
yang dengan beberapa mata pancing peralat. Jenis pancing ini ada yang
dioperasikan dari suatu tebing di pantai, dari bebatuan yang ada di pantai,
dari perahu maupun kapal. Beberapa jenis pancing dari kelompok ini yang ada di
tanah air antara lain : pancing usep, pancing jegog, pancing mungsing, pancing
gambur serta sejumlah penamaan lainnya. Jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan
penangkapan antara lain bambangan (kakap merah, snapper), ekor kuning (Caesio
sp.), Caranx sp. Dsb.
-
Pancing Dengan
Layang-Layang (Kite Line).
Jenis pancing yang satu ini cukup unik,karena pada
pengoperasiannya menggunakan laying-layang. Jenis pancing yang banyak dijumpai
di pulau seribu (Jakarta), banten, sulawesi dan maluku ini umumnya dioperasikan
dari sebuah perahu ataupun kapal kecil. Sebagai laying-layangnya, nelayan
biasanya menggunakan daun kiter (Polypodium quercifollum), sebagai ganti ekor
laying-layang, diikatkan tali pancing tanpa mata pancing sama sekali. Sebagai
mata pancing dibuatkan jerat berumpan. Nelayan mengoperasikan alat ini sama
seperti halnya orang bermain laying-layang. Layang-layang tersebut dinaikkan
sedemikian rupa dan diusahakan agar ujung tali (yang berjerat dan berumpan)
seperti bermain diatas air. Jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan
yang umumnya berupa ikan cendro (Tylosurus melenotes blk) akan berusaha untuk
dapat menangkap umpan tadi, hingga suatu saat ikan tersebut akan masuk ke dalam
jerat dan tertangkap.
-
Alat pancing gurita
(Octopus Jigg)
Sesuai dengan namanya, jenis alat pancing ini ditujukan untuk
menangkap gurita (octopus). Kita tahu, gurita merupakan salah satu komuditi
mahal bagi restoran yang menyajikan “sea foods” maupun hidangan “sabu-sabu”
yang harganya cukup “waaah”.pancing gurita ini sangat spesifik, karena pada
badan alat pancingnya terdapat sekian banyak mata kail yang melengkung dan
mencuat ke atas. Melalui tali pancing yang panjang, maka alat pancing yang
bermata banyak tersebut diturunkan pada lokasi yang diduga banyak dihuni
gurita, yang umumnya pada karang bergua-gua batu, sedikit disebelah atas mata
pancing tersebut ditautkan beberapa ikan umpan pada tali pancing. Manakala
gurita tengah sibuk memakan umpan-umpan tadi, melalui sentakan mendadak, akan
memungkinkan gurita akan tersangkut pada mata pancing.
ALAT
TANGKAP TRAP (perangkap)
Trap atau
perangkap merupakan alat penangkap ikan yang dipasang secara tetap di dalam air
dengan jangka waktu tertentu untuk mempermudah masuknya ikan dan mempersulit
keluarnya. Biasanya Trap atau perangkap ini dibuat dari bahan-bahan alami
seperti bambu, kayu atau juga bahan buatan lainnya seperti jaring. Untuk
pengoperasian beberapa jenis alat tangkap yang termasuk ke dalam jenis Trap,
ada yang dioperasikan dipermukaan air yang biasa digunakan untuk menangkap ikan
terbang, namun kebanyakan dioperasikan di dalam dasar perairan yang digunakan
untuk menangkap ikan-ikan demersal.
Beberapa jenis Trap yang banyak
digunakan dalam penangkap ikan diantaranya:
Bubu
Bubu adalah alat tangkap yang umum
dikenal dikalangan nelayan, yang berupa jebakan, dan bersifat pasif. Bubu
sering juga disebut perangkap “ traps “ dan penghadang “ guiding barriers “.
Bubu dibagi menjadi beberapa macam antara lain :
- Bubu
Dasar
Bubu dasar dapat terbuat dari anyaman bambu (bamboo
netting), anyaman rotan (rattan netting) dan anyaman kawat (wire netting)
dengan derican berbagai macam bentuk. Bubu
dasar merupakan alat tangkap ikan pasif dengan jenis yang beragam, berbentuk
anyaman dengan bentuk bubu yang bervariasi. Ada yang seperti sangkar (cages),
silinder (cylindrical), gendang, segitiga memanjang (kubus) atau segi banyak,
bulat setengah lingkaran, dll. Bahan bubu umumnya dari anyaman bambu (bamboo`s
splitting or-screen).Secara umum, bubu terdiri dari bagian-bagian badan (body),
mulut (funnel) atau ijeh, pintu.Berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan
terkurung.Berbentuk seperti corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk
tidak dapat keluar.
Cara
pengoperasian
Sebelum alat
penangkap dimasukan kedalam perairan maka terlebih dahulu menentukan daerah
penangkapan.penentuan daerah penangapan tersebut didasarkan pada tempat yang
diperkirakan banyak ikan demersal ,yang biasanya ditandai dengan banyaknya
terumbu karang atau pengalaman dari nelayan. Dalam operasional penangkapannya
bisa tunggal (umumnya bubu berukuran besar), bisa ganda (umumnya bubu berukuran
kecil atau sedang) yang dalam pengoperasiannya dirangkai dengan tali panjang
yang pada jarak tertentu diikatkan bubu tersebut. Bubu dipasang di daerah
perairan karang atau diantara karang-karang atau bebatuan. Bubu dilengkapi
dengan pelampung yang dihubungkan dengan tali panjang. Setelah bubu diletakkan
di daerah operasi, bubu ditinggalkan.
Bagi bubu
yang tidak manggunakan umpan, setelah tiba di daerah penangkapan,maka dilakukan
penurunan pelampung tand dilanjutkan penurunan bubu beserta
pemberatnya,sedangkan bubu yang menggunakan umpan (biasanya dari ikan) terlebih
dahulu dimasukan umpan alu di masukan kedalam perairan.setelah dianggapposisinya
sudah baik maka pemasangan bubu dianggap selesai., untuk kemudian diambil 2-3
hari setelah dipasang, kadang hingga beberapa hari.
Daerah penangkapan
Dalam
operasi penangkapan, bubu dasar biasanya dilakukan di perairan karang atau
diantara karang-karang atau bebatuan. Dan tidak ada musim khusus untuk Bubu
Dasar.
Hasil tangkapan
Hasil tangkapan dengan bubu dasar
umumnya terdiri dari jenis-jenis ikan, udang kualitas baik, seperti Kwe (Caranx spp),
Baronang (Siganus spp), Kerapu (Epinephelus spp), Kakap ( Lutjanus spp),
kakatua (Scarus spp), Ekor kuning (Caeslo spp), Ikan Kaji (Diagramma spp),
Lencam (Lethrinus spp), udang penaeld, udang barong, kepiting, rajungan, dll.
- Bubu
Hanyut
Bubu hanyut pada prinsipnya hampir sama dengan bubu dasar,
namun dikhususkan untuk menangkap ikan terbang (flaying fish) serta pada bagian
luar bubu dipasangkan untaian daun ketapa. Pantai Barat Sulawesi Selatan, bubu
hanyut digunakan juga untuk mengumpulkan telur dari ikan terbang. Dalam bahasa
lokal disebut "patorani" dimana atat ini clioperasikannya pada saat
musim timur, yaitu musim pemijahan dari ikan terbang di Laut Flores, sehingga
bubu hanyut ini dalam pengoperasiannya hanya digunakan pada saat musim-musim
tertentu Baja. Merupakan
alat tangkap ikan pasif yang di hanyutkan di perairan dengan pintu berupa
rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung. Berbentuk seperti corong, merupakan
pintu dimana ikan dapat masuk tidak dapat keluar. Sedikit berbeda dengan Bubu
Dasar karena tidak menggunakan pemberat.
Cara
pengoperasian
Pada waktu penangkapan, bubu hanyut
diatur dalam kelompok-kelompok yang kemudian
dirangkaikan dengan kelompok-kelompok berikutnya sehingga jumlahnya menjadi
banyak, antara 20-30 buah, tergantung besar kecil perahu/kapal yang akan digunakan
dalam penangkapan.
Operasi
penangkapan dilakukan sebagai berikut :
Pada sekeliling bubu diikatkan rumput
laut. Bubu disusun dalam 3 kelompok yang saling berhubungan melalui tali
penonda (drifting line). Penyusunan kelompok (contohnya ada 20 buah bubu) : 10
buah diikatkan pada ujung tali penonda terakhir, kelompok berikutnya terdiri
dari 8 buah dan selanjutnya 4 buah lalu disambung dengan tali penonda yang
langsung diikat dengan perahu penangkap dan diulur sampai + antara 60-150 m,
atau dapat juga dengan cara :
Pada fishing ground yang dianggap
banyak terdapat ikan terbang.alat penangkap ini di rangkai sedemikian rupa,
sehingga dalam satu rangkaian terdiri dari 4-6 rangkaian bubu.kemudian bubu
tersebut diturunkan keperairan. Bubu tersebut tidak diberi pemberat sehingga
alta penangkap tersebut terapung di permukaan air.pada saat operasi penangkapan
ikan dilakukan,alat penangkap ini diikatkan pada perahu,dengan demikian ia akan
ikut hanyut bersama perahu sesuai dengan arah arus.
Daerah penangkapan
Dalam operasi penangkapan, bubu hanyut
ini sesuai dengan namanya yaitu dengan menghanyutkan ke dalam air. Alat ini
dioperasikan pada musim timur yaitu musim pemijahan dari ikan terbang dilaut
flores, sehingga dapat dikatakan alat penangkap ini hnaya dioperasikan hanya
pada musim-musim tertentu.
Hasil tangkapan
Hasil tangkapan bubu hanyut adalah
ikan torani, ikan terbang (flying fish).
-
Bubu Kepiting
Alat ini umumnya terbuat dari anyaman
kawat. Merupakan alat tangkap ikan pasif
termasuk kedalam bubu dasar namun hanya menjebak kepiting, rajungan dan
lobster. Bentuknya ada yang selinder
dan persegi, dan sebagainya.dalam pengoperasian dapat memakai umpan atau tanpa
umpan.
Cara pengoperasian
Sebelum alat penangkap dimasukan
kedalam perairan maka terlebih dahulu menentukan daerah penangkapan.penentuan
daerah penangapan tersebut didasarkan pada tempat yang diperkirakan banyak
kepiting. Dalam operasional penangkapannya bubu dijatuhkan kedasar permukaan
air dan ditinggal dalam jangka waktu tertentu. Ketika sudah dirasa cukup maka
bubu diangkat kepermukaan air (biasanya dala jangka 2-3 hari).
Daerah
penangkapan
Dalam
operasi penangkapan, bubu kepiting hampir sama dengan bubu dasar. Dan tidak ada
musim khusus untuk Bubu Dasar.
Hasil
tangkapan
Kepiting,
rajungan, dan lobster.
-
Bubu Bambu
Sesuai
dengan namanya bubu ini terbuat dari bamboo dengan kegunaan seperti layaknya
bubu.
Cara pengoperasian
Pemasangan bubu ini di perairan, bisa
dipasang satu demi satu kemudian di untai atau dipasang dua atau tiga bubu
dalam satu ikatan kemudian di pasang dengan cara diuntai dengan jarak satu dan
lainnya 5-6 meter.
Daerah pengoperasian
Perairan pantai yang dasar perairannya
berlumpur, berlumpur bercampur pasir atau perairan yang banyak dihuni oleh ikan
yang akan dijadikan target tangkapan. Musim untuk penangkapan disesuaikan
dengan musim ikan yang akan dijadikan target tangkapan di daerah masing-masing.
Hasil
penangkapan
Ikan lindung.
-
Bubu Wadong
Alat
ini sifatnya pasif, dipasang menetap di tempat yang diperkirakan akan dilewati
oleh kepiting. Keseluruhan dari alat ini terbuat dari bahan bambu termasuk alat
pemanngcang dan alat penusuk umpan.
Cara pengoperasian
Pemasangan wadong di daerah
penangkapan dipasang secara tunggal atau satu persatu terpisah dari yang
lainnya. Dalam satu kali operasi bisa dipasang sebanyak 10-20 buah wadong.
Pemasangan wadong biasanya di sore hari pada waktu air surut d di angkat saat
pagi hari selagi air surut. Semua kegiatan dilakukan secara manual baik dengan
sampan maupun tanpa sampan.
Daerah pengoperasian
Daerah penangkapan yang umum dijadikan
tempat untuk meletakan wadong adalah di sekitar akar-akar pohong mangrove atau
di tempat yang diperkirakan akan dilalui kepiting. Kedalaman antara 40-50 cm
pada waktu surut. Musim penangkapan
umumnya dilakukan sepanjang tahun.
Hasil penangkapan
Kepiting Bakau
-
Bubu Gurita
Penangkapan gurita umumnya dilakukan
di Indonesia biasanya hanya dilakukan dengan cara menggunakan tobak dimana cara
penombakannya dilakukan dengan cara sambil menyelam. Alat tangkap yang secara
khusus digunakan untuk menangkap gurita dikatakan masih belum ada. Bubu ini
bisa terbuat dari keramik ataupun cangkang kerang jenis Scaphara subcrenata,
Rapana thomasiana, dengan ukuran panjangnya antara 15-20 cm atau jenis cangkang
kerang lain dengan ukuran yang hamper sama. Biasanya bubu gurita dioperasikan
di Jepang.
Cara pengoperasian
Metode pengoperasian dari bubu gurita
pada prinsipnya hampir sama dengan metode pengoperasian bubu lainnya hanya saja
dalam pengoperasian bubu gurita tidak menggunakan umpan. Lama perendaman
tergantung nelayan yang mengoperasikan sesuai dengan penalaman, tapi pada
umumnya antara 2-3 hari. Pemasangan dan pengangkatan bubu dilakukan setiap hari
di pagi hari. Pemasangan bubu di daerah penangkapan dipasang atau satu demi
satu kemudian diuntai dengan jarak satu sama lainnya 6-10 m. Dalam satu set
bubu biasanya antara 20-30 bubu atau dari kapasitas perahu, bubu yang tersedia
dan kemampuan nelayan mengoperasikannya.
Daerah pengoperasian
Daerah penangkapan adalah daerah
penangkapan yang mempunyai dasar perairan lumpur berpasir, berarus kecil dengan
kedalaman antara 5-40 m. Daerah penangkapan yang berarus cepat tidak cocok
untuk pengoperasian bubu gurita. Musim penangkapan disesuaikan dengan musim
keberadaan gurita di daerah penangkapan masing-masing. Musim memijah akan lebih
mudah untuk memasuki bubu, tetapi musim setelah memijah lebih akan susah untuk
memasuki bubu.
Hasil penangkapan
Gurita jenis Ocellated octopus –
Octopus ocelatus, Octopus vulgaris dan jenis lainnya.
Sero
Sero (guilding
barrier) merupakan salah satu atat penangkapan
ikan yang dipasang secara tetap di dalam air, biasanya terdiri dari susunan
pagar-pagar yang berfungsi menuntun ikan agar masuk ke daLam perangkap. Terbuat
dari kayu, atau bambu. Alat ini biasanya terbuat dari kayu, waring, atau
bambu. Terdiri dari bagian-bagian yaitu : (a) penanju ( leading net) yang
berfungsi untuk menghadang ikan dalam renang ruayanya khususnya ikan-ikan yang
beruaya pada saat pasang naik; (b) daerah bunuhan, biasanya terletak pada
bagian yang lebih dalam.
Cara
pengoperasian
Dalam operasi penangkapannya sangat
sederhana karena setelah alat penangkap ini dipasang diperairan diharapkan
ikan-ikan yang melewati penanju dari alat tangkap ini akan masuk kedaerah
bunuhan. Pada saat air surut pengmbilan ikan didaerah bunuhan segera dilakukan.
Dieropa barat seperti perancis dan italia alat tangkap sejenis sero yang
terbuat dari benang multifilamen disebut fyke net.
Daerah
penangkapan
Pemasangan alat tangkap ini hanya
bisa dilakukan pada daerah-daerah yang landai sedikit miring. Nelayan banyak
memasangnya pada daerah-daerah pinggir pantai. Alat tangkap sero ini tidak
memiliki musim khusus, karena lebih bergantung ke pasang-surut.
Hasil
penangkapan
Ikan sidat.
Jermal
Jermal adalah perangkap yang
terbuat dari jaring berbentuk kantong dan dipasang semi permanen
menantang/berlawanan dengan arus (biasanya arus pasang surut) digunakan untuk memanfaatkan
ikan-ikan yang mengikuti arus. Jermal
adalah perangkap pasang surut (tidal trap) yang merupakan ciri khas alat
penangkapan yang terdapat di perairan Sumatera bagian Utara. Pada prinsipnya,
jermal ini terdiri dari jajaran tiang-tiang panjang yang merupakan sayap,
jaring jermal dan rumah jermal, jajaran tiang panjang terbuat dari pohon nibung
(Oncosperma spp), kayu pohon bakau (Rizhopora spp), kayu tengar (Ceriop spp)
berukuran panjang antara 12–15cm, garis tengah 10-20cm.
Jaring jermal terdiri dari tiga
bagian : mulut, badan, dan kantong, bentuknya bisa menyerupai tikar (jermal
biasa), berbentuk kantong (bubu jermal atau jaring kantong jermal), berbentuk
gabungan antara tikar dan kantong (kilung bagan, ambai jermal), rumah jermal,
merupakan plataran (platform) tempat kegiatan perikanan jermal dilakukan. Jarak
pemasangan jermal biasanya sekitar antara 3-6mil dari pantai, untuk
pengoperasional jermal tidak diperlukan perahu atau kapal, perahu atau kapal
hanya digunakan sebagai alat transportasi, untuk mengambil hasil tangkapan.
Cara
pengoperasian
Cara pengoperasian penangkapan ikan
yang dilakukan dengan jermal adalah dengan menekan galah yang terdapat pada
kanan atau kiri mulut jaring ke bawah sampai di dasar sehingga mulut kantong
jaring terbuka secara sempurna. Kemudian tunggu antara 20-30 menit sementara
menunggu diangkat. Pengambilan hasil tangkapan dilakukan dengan menutup mulut
jaring dengan cara mengangkat bibir bawah ke atas sehingga menyatu dengan bibir
atas, kemudian diikuti mengangkat bagian-bagian tengah kantong melalui
katrol-katrol. Pengambilan hasil dilakukan dengan membuka ikatan tali pada
ujung belakang kantong.
Daerah
pengoperasian
Depth dari fishsing ground harus
diperhitungkan dengan menggunakan bambu atau kayu. Sebagai pancang jaring akan
lebih stabil berada di tempat juga bentuk jaring dalam air akan lebih dapat
dikontrol karena jika kedalaman terlalu dalam maka penggunaan bambu atau kayu
sebagai pancang akan mengalami kesukaran dan kita haruslah menggunakan jangkar.
Arus pada daerah fishing ground
haruslah sekecil mungkin ataupun tidak ada sama sekali. Akibat dari arus,
jaring akan mengalami perubahan bentuk, menghalang-halangi ikan yang akan
memasuki jaring, juga kita akan mengalami kesukaran pada waktu pengangkatan
jaring (operasi). Pada tempat yang berarus kuat, jaring akan lekas rusak.
Fishing ground haruslah terlindungi dari angin yang kuat, karena akibat
hembusan angin akan menimbulkan gelombang. Hal ini akan mempersukar kerja
operasi. Musim penangkapan pada saat pasang-surut terjadi, karena memanfaatkan
ikan yang mengikuti arus (biasanya arus pasang surut).
Hasil
penangkapan
Hasil tangkapan dari pengoperasian
alat tangkap jermal tersebut, terutama jenis-jenis sumberdaya perikanan pantai.
Di antaranya yaitu biang-biang (Setipinna spp), bulu ayam (Engraulis spp),
kasihmadu (Kurtus indicus), nomei (Harpodon spp), gulamah (Scinea spp), puput,
matabello (Pellona spp), bawal putih (Pampus argentus), tenggiri (Sconberomorus
spp), mayung (Arius spp), jenis-jenis udang, golok-golok (Chirosenrus spp),
kakap (Lates calcarifer), senangin (Polynemus spp) selanget (Dorosoma spp),
beloso (Sourida spp), pari (Rays), dan lain-lain
Set Net
Set Net hampir sama dengan Sero
dilihat dari segi prinsip penangkapannya. namun Set Net lebih modern
dibandingkan dengan Sero dan daerah penangkapannya pun tidak hanya di daerah
pinggir pantai bahkan dapat lebih jauh dari pinggir pantai. Jaringnya merupakan
suatu bangunan yang diletakan di dalam air . Alat tangkap jenis ini sangat
berkembang baik di Jepang.
Set Net digunakan untuk memanfaatkan ikan-ikan yang senang bermigrasi ke daerah
pantai dimana jalan yang dilalui ikan tersebut dihadang oleh lead net, akibatnya
ikan akan menuju jaring. Set Net dapat dibedakan dari ukurannya, Set Net yang
berukuran sedang disebut "hisago-cmi", yang berukuran besar disebut
"otoshi-cmi" dan yang berukuran besar namun lebih lengkap disebut
dengan "masu-ami".
Cara
pengoperasian
Cara pengoprasian set net seperti
halnya alat tangkap sero dimana memanfaatkan ikan-ikan yang senang bermigrasi
ke daerah pantai dan set net tersebut di pasang di daerah yang dilalui oleh
ikan. Sehingga jalan yang dilalui ikan ini dihadang oleh lead net, akibatnya
ikan akan masuk ke jaring. Prinsip penangkapannya adalah mengusahakan
gerombolan ikan untuk memasuki jaring, setelah di hadang dan diajak dengan lead
net adalah apabila gerombolan ikan menjumpainya maka ikan-ikan tidak akan
merubah ruayanya kearah lain tetapi akan sejajar dengan arah lead net yang
mengarah ke mulut jarring. Dengan demikian, lead net bukan saja berfungsi
sebagai penghadang tetapi juga mmengajak ikan ke arah jaring.
Daerah
pengoperasian
Pemasangan alat tangkap ini
dilakukan pada daerah-daerah yang landai sedikit miring, pada daerah-daerah pinggir
pantai. Karena memanfaatkan ikan yang bermigrasi ke pantai. Untuk penagkapan
dilakukan saat pasang-surut air laut.
Hasil
tangkapan
Jenis-jenis ikan seperti ekor
kuning, kembung, sardine, salmon, cakalang, dan lain-lain.
KESIMPULAN
Banyaknya jenis ikan dengan segala
sifatnya yang hidup di perairan yang lingkungannya berbeda-beda, menimbulkan
cara penangkapan termasuk penggunaan alat penangkap yang berbeda-beda pula.
Pada alat tangkap jaring terdapat beberapa macam seperti adanya jaring angkat,
jaring angkat tetap, jaring dorong, jaring halau, jaring hanyut, jaring insang
1, jaring insang 2, jaring kantong, jaring jodang, dan jaring payang.
Sedangkan pada alat tangkap pancing
ada pole and line, dan pada alat tangakap trap ada bubu, sero, jermal, dan set
net. Dimana semuanya memiliki fungsi dan dan cara kerja serta tempat
pengoperasian dan hasil tangkap yang berbeda-beda, karena untuk setiap alat
tangkap dibuat untuk menangkap jenis-jenis ikan tertentu pada dearah-daerah
tertentu. Sehingga dengan adanya alat tangkap mempermudahkan kita dalam
memanfaatkan potensi laut guna memenuhi kebutuhan kita akan sumber protein dari
ikan dan sebagai pelengkap makanan pokok.
HASIL DISKUSI KELOMPOK
Tentang
Perikanan Tangkap
15/Desember/2011
Gedung
D6C lantai III FPIK Universitas Brawijaya.
Perikanan
tangkap adalah aktivitas penangkapan ikan tanpa melalui proses pemeliharaan
terlebih dahulu seperti kegiatan budidaya. Perikanan tangkap dapat dilakukan di
laut mana saja tanpa batas, meskipun demikian tiap daerah memiliki
batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar, oleh karena itu terdapat peraturan
untuk perikananan tangkap baik dari persoalan tempat-tempat yang diperbolehkan,
juga mengenai objek yang akan diambil (ikannya), agar tidak terjadinya over
fishing yang berujung pada masalah yang justru akan merugikan banyak pihak
khususnya nelayan itu sendiri. Pada perikanan tangkap pun lebih banyak
menggunakan alat tangkap dan lebih bervariasi, karena untuk daerah dan
tempat-tempat tertentu terdapat ikan yang berbeda-beda pula sehingga untuk
melakukan penangkapan diperlukan alat yang berbeda-beda yang sesuai dengan ikan
yang akan ditangkap.
DAFTAR
PUSTAKA
Diakses pada tanggal 19 Desember
2011
Diakses pada tanggal 19 Desember
2011
Diakses pada tanggal 19 Desember
2011
UMKM, 2010.
Usaha penangkapan dan alat tangkap jaring payang. http://www.bi.go.id>info UMKM>kelayakan Usaha
Diakses pada tanggal 19 Desember
2011