Tuesday, December 18, 2012


“PEMUDA INDONESIA”

Berbicara mengenai pemuda, serasa tak henti-hentinya akan menjadi topik hangat berkelanjutan dan tiada henti-hentinya untuk terus di dongkrak dan dipertanyakan. Mengapa demikian.? Ya, jelas jawabannya karena pemuda adalah tonggak masa depan bangsa yang akan terus bercipta dan berkarya. Pemuda adalah senjata ampuh yang dimiliki oleh setiap bangsa, dan tanpa pemuda sebuah bangsa dan negara tidak akan menjadi apa-apa. Sejarah mengatakan tanpa pemuda negeri ini tidak akan menikmati kemerdekaan dan akan terus berada dalam ketidak adilan.
Hal tersebut diatas relevan dengan peranan pemuda Indonesia dalam kebangkitan nasional lebih dari  100 tahun silam. Kita ambil saja contoh dari lahirnya “Sumpah Pemuda” yang menjadi cikal bakal bangsa Indonesia, lahirnya kemerdekaan Republik Indonesia, dan tumbangnya orde baru yang melahirkan orde reformasi, semua hal tersebut lahir dari kemampuan pemuda Indonesia yang mampu berpikir keras dan mampu melakukan perubahan tanpa harus menengok siapa yang memimpin jika kebenaran itu nyata maka hanya melakukannya dengan keyakinan yang akhirnya memberikan dampak positif yang masih dan akan terus dikenang sampai saat ini. Peranan pemuda telah dikatakan adalah sebagai tonggak kemerdekaan, dan tanpa pemuda tidak akan ada kemerdekaan serta keadilan. Begitu hebatnya pengertian dari seorang pemuda yang memang menyandang gelar “Pemuda”, karena jika seseorang belum mampu menjadi tonggak kehidupan bangsa maka ia bukanlah seorang pemuda.
Mengamati keadaan sekarang, dimana berbagai macam perubahan terjadi dengan signifikan, yang memberi sedikit pencerahan bagi para pemuda untuk terus berfikir dan bertindak. Perubahan yang diawali dengan pesatnya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang tidak akan jauh oleh peningkatan kualitas dan kuantitas pemuda di muka bumi. Dan diantaranya tidak sedikit pula perubahan yang berawal dari pangkal pikiran pemuda Indonesia yang merealisasikannya dengan tindakan. Berdirinya berbagai organisasi dan komunitas, serta wadah pengabdian-pengabdian pada masyarakat, semua hal tersebut adalah pemuda yang menjadi dalangnya, buah pikiran pemuda yang peduli akan sesama terutama kehidupan bangsa dan negaranya.
Sebagai contoh putra bangsa yang telah banyak berkarya dan berprestasi adalah bapak enterpreneur bangsa yaitu Jusuf Kalla. Siapa yang tidak mengenal sosok dermawan dan penuh semangat ini, sosok yang lahir sebagai putera Sulawesi Selatan pada 15 Mei 1945 ini adalah sosok yang penuh inspiratif, yang tekun dan mampu menciptakan banyak perubahan. Begitu banyak prestasi gemilang yang ditorehnya yang dimulai dari bangku kuliah, dimana pada saat itu ia tidak hanya menyandang gelar sebagai mahasiswa yang aktif berorganisasi baik di dalam maupun di luar kampus akan tetapi prestasi di bidang usaha dan politik pun ia geluti ketika masih menuntut ilmu sebagai mahasiswa, usaha yang menjadi warisan dari keluarganya yang mampu ia kebangkan sehingga menjadi holding dan memilki beberapa anak perusahan, serta ia pun mampu membawa usahanya dalam kancah dunia internasional, dan juga ia bergelut dalam dunia politik sebagai anggota DPRD Sulawesi Selatan yang dinobatkan langsung atas prestasi-prestasi yang ia miliki pada saat itu, dan hal itu telah menggoreskan tinta emas dalam sejarah kepemudaannya pada saat itu. Akan tetapi dengan berbagai kesibukannya ia tidak pernah absen untuk urusan perkuliahannya, hingga akhirnya ia mampu menyelsaikan strata 1 dalam bidang ekonomi Universitas Hasanudin, yang kemudian ia lanjutkan proses pencarian ilmunya hingga membawanya menjelajahi negara yang terkenal dengan menara Eiffelnya.
Begitu luas keinginan dan cita-citanya hingga segala yang tidak mungkin akan menjadi mungkin dan yang kecil akan menjadi hal yang besar. Seperti itulah pemuda, yang tidak pernah puas dengan rasa keingintahuan serta semangatnya yang menggebu-gebu yang akan membawanya sebagai pemula dari semua perubahan yang ada. Jika saat ini dipertanyakan masih adakah pemuda Indonesia yang seperti itu.? Maka jawabannya adalah ya, mereka adalah pemuda yang selalu berfikir luas dan aktif dalam menanggapi masalah yang kemudian akan direalisasikan dengan tindakan. Akan tetapi hal tersebut tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya fasilitas. Fasilitas yang dimaksud adalah wadah dimana dapat berupa ojek maupun sebagai subyek bagi para pemuda mengembanggkan kreativitas dan intelektualnya dalam merealisasikan apa yang ada dalam pikiran hingga menjadi sebuah tindakan nyata.
Kemajuan teknologi di berbagai bidang telah membantu para pemuda dalam mendongkrak kemampuan dan kreativitasnya dalam menemukan dan menciptakan hal-hal baru yang sangat membantu. Akan tetapi meskipun fasilitas merupakan faktor penting dalam kebangkitan dan kemajuan bangsa serta juga sebagai faktor untuk mendukung kinerja dan indikator keberhasilan, namun tidak menutup kemungkinan dengan keadaan yang serba terbatas sekalipun para pemuda saat sekarang masih mampu menorehkan tinta emas bagi kelangsungan hidup bangsa, anggap saja sebuah organisasi yang peduli akan anak bangsa yang dengan gigihnya mampu menjangkau bahkan daerah-daerah terpencil yang memang sangat membutuhkan kesadaran dari pemuda untuk memeratakan pendidikan meskipun dengan cara yang sangat sederhana sekalipun.
Hal-hal demikianlah yang akan membantu kebangkitan dan persatuan bangsa untuk mecapai hasil nyata yang gemilang meskipun dengan keadaan dan kondisi yang tidak mungkin dalam akal, namun akan mungkin dalam tindakan. Oleh karena itu sudah seharusnya oleh para petinggi negara untuk mendukung dan terus menjaga semangat juang anak bangsa sehingga negara ini tidak lumpuh dan mati akhirnya.


Monday, October 22, 2012


MAKALAH
BIOLOGI LAUT
TENTANG
(Pengaruh Pasang Surut di Daerah Estuaria)





                      
OLEH              :
                                                 Nurul Mutmainnah   / 115080100111058
                                                 Endri Endriano M    / 115080100111045




MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Estuaria merupakan wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Sebagian besar estuaria didominasi oleh substart berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut. Daerah perairan yang termasuk dalam estuaria ini adalah muara sungai, teluk, dan rawa pasang surut. Perairan estuaria mempunyai beberapa sifat fisik yang penting yaitu salinitas, substrat, sirkulasi air, pasang surut dan penyimpangan zat hara. Estuaria memiliki gradien salinitas yang bervariasi terutama bergantung pada masukan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut.
Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat lumpur yang berasal dari sedimen yang dibawa melalui air tawar dan air laut. Sebagian besar partikel lumpur estuaria bersifat organik sehingga substrat ini kaya akan bahan organik. Bahan organik ini menjadi cadangan makanan yang penting bagi organisme estuaria.
Estuaria yang merupakan daerah pertemuan antara air laut dan air tawar yang semuanya tidak terelepas dari kegiatan pasang surut air laut itu sendiri, yang akan memberi dampak atau berpengaruh terhadap keadaan di sekitar daerah estuaria tersebut.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan mengenai pengaruh pasang surut di daerah estuaria yaitu sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan peristiwa pasang surut.?
2.      Bagaimana pengaruh peristiwa pasang surut pada daerah estuaria.?

Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari pembahasan mengenai pengaruh peristiwa pasang surut di daerah estuaria adalah sebagai berikut :
1.      Agar dapat mengetahui bagaimana dan apa yang dimaksud dengan peristiwa pasang surut.
2.      Agar mengetahui pula bagaimana pengaruh peristiwa pasang surut di daerah estuaria dan apa akibatnya.

PEMBAHASAN
Peristiwa Pasang Surut
Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik yang selalu berulang dengan periode tertentu dan pengaruhnya dapat dirasakan sampai jauh masuk kearah hulu dari muara sungai. Pasang surut terjadi karena adanya gerakan dari benda-benda angkasa yaitu rotasi bumi pada sumbunya, peredaran bulan mengelilingi bumi dan peredaran bulan mengelilingi matahari. Gerakan tersebut berlangsung dengan teratur mengikuti suatu garis edar dengan periode tertentu (Muhammad, 2007).
Peristiwa pasang surut juga dapat diartikan sebagai naik turunnya permukaan laut secara periodik selama satu interval waktu tertentu (Nybakken, 1992). Peristiwa pasang surut merupakan faktor lingkungan yang sangat penting yang mempengaruhi kehidupan di zona intertidal. Tanpa adanya pasang-surut atau hal-hal lain yang menyebabkan naik dan turunnya permukaan air secara periodik maka zona intertidal tidak akan seperti sebagaimana fungsinya dan faktor-faktor lainnya akan kehilangan pengaruhnya. Seperti biota yang akan hidup di zona tersebut tidak akan survive dan akan kehilangan habitat serta sumber makanan dari peristiwa pasang-surut yang juga berperan untuk membawa organisme-organisme kecil lainnya yang dapat digunakan sebagai sumber makanan bagi biota daerah pasang surut.
Namun untuk setiap pantai tidak berarti mengalami proses pasang surut yang sama, proses pasang surut dapat bervariasi akibat adanya hubungan interaksi antara tenaga penggerak pasang-surut yaitu matahari, bulan, dan bumi. Terdapat tiga tipe dasar pasang surut yang didasarkan pada periode dan keteraturannya, yaitu pasang surut harian (diurnal), tengah harian (semi diurnal) dan campuran (mixed tides). Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang surut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang surut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera (Muhammad, 2007).
Berbicara mengenai teori pasang surut ada beberapa pendapat mengenai pasang surut, menurut data dalam ilmukelautan.com (2012) ada dua teori yang berkaitan dengan pasang surut yaitu teori kesetimbangan yang diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori menerangkan sifat-sifat pasut secra kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Intertia) diabaikan. Teori ini menyatkan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gay pembangkit pasang surut. Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tipe Generating Force) yaitu Resulante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi.
Dan yang kedua adalah teori dinamik. Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstant, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat memangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-konstituenya. Teori ini melengkapi teori kesetimbangam sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan menurut tero dinamis adalah kedalaman dna luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal seperti topografi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya sehingga berbagai lokasi memilki ciri pasang surut yang berlainan (Yogi, 2012).

Pengaruh Pasang Surut di Daerah Estuaria
Daerah estuaria memilki gradien salinitas ynag bervariasi terutama bergantung pada masukan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut. Sifat fisik lain dari estuaria adalah terjadinya sirkulasi air dimana selang waktu mengalirnya air tawar ke dalam estuaria dan masuknya air laut melalui air pasang surut menciptakan suatu gerakan dan transportasi air yang bermanfaat bagi biota estuaria khususnya plankton yang hidup tersuspensi dalam air.
Air pasang surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton. Disamping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menghanyutkan limbah sampai di estuaria. Dalam hal penyimpana zat hara peran serta estuaria sangat besar. Pohon mangrove dan rumput laut serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan organik yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani.
Distribusi larva ikan pun merupakan pengaruh dari adanya pasang surut di daerah estuaria, menurut data dalam jurnal Saintek Perikanan oleh Subiyanto,dkk menyatakan bahwa larva ikan yang cenderung cukup besar dijumpai pada daerah yang telah dilakukan penelitian yang merupakan daerah mangrove, sedangkan daerah aliran sungai jumlah individu larva ikan relatif sedikit. Dan pada daerah yang merupakan tempat masuk aliran air laut ditemukan sebanyak 362 individu ikan. Pada penelitian tersebut tiap dilakukan pengambilan sampel selalu berfluktuasi, hal ini berkaitan dengan migrasi ikan yang mencari kondisi lingkungan yang sesuai serta kebutuhan makanan untuk pertumbuhannya. Hal ini juga dinyatakan sebagai pengaruh dari pasang surut yang mendistribusikan larva ikan ke berbagai habitat.
Kondisi biofisik kawasan estuaria erat kaitannya dengan sistem sungai terhadap berbagai komponen kegiatan yang ada dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) yang kemudian bermuara di wilayah tersebut. Oleh karena itu, keadaan DAS ynag dipengaruhi oleh proses alamiah dan aktivitas manusia di bagian hulu, tengah dan hilir (di sekitar muara sungai) akan berpegaruh terhadap keadaan daerah estuaria.
Organisme yang ditemukan di estuaria merupakan suatu komunitas campuran dari organisme air tawar dan laut. Hal ini tampak pada jenis ikan yang terdapat pada estuaria. Salah satu bagian estuaria berupa muara sungai selalu dipengaruhi oleh pasang surut. Adanya pasang surut ini akan mempengaruhi kehidupan biota di daerah tersebut. Adanya pasang surut pun mempengaruhi bagaimana dimensi aliran sungai akibat ketidak seragaman penampang sungai tersebut, seperti studi kasus pada Kali Kemuning yang merupakan kali yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya banjir di kota Sampang dan wilayah sekitarnya, sehingga perlakuan seperti studi dan perencanaan pengendaliannya harus dioptimalkan. Dalam studi ini, analisa kapasitas sungai akan dikaji dengan mempertimbangkan aliran tak tunak (unsteady flow) dimana batas hulu adalah hydrograf banjir, dan batas hilir sungai adalah pengaruh pasang surut air laut. Diharapkan dari hasil analisa yang digunakan dapat memberikan pertimbangan penting dalam rangka pengendalian daya rusak air Kali Kemuning, dan juga dapat menjadi pertimbangan pengembangan sumberdaya air sungai. Dan hal tersebut akan sangat membantu kehidupan air baik air sungai itu sendiri maupun air sungai yang akan mengalir hingga pada batas pertemuan antara air sungai dan air laut yang juga pengaruhnya akan dialami oleh kehidupan biota di daerah estuaria yang menjadi sangat rawan karena berada di daerah pertemuan atara air darat dan laut yang masing-masing membawa kandungan yang akan bersatu mejadi air payau. Jika kondisi air sungai tidak baik maka akan sangat mempengaruhi keadaan biota daerah estuaria, sehingga upaya dalam studi dan perencanaan pengendalian sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kerusakan berlebih termasuk kerusakan yang akan terjadi pada daerah pertemuan air darat dan laut yaitu daerah estuaria.
Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut. Daerah perairan yang termasuk dalam estuaria ini adalah muara sungai, teluk, dan rawa pasang surut. Air pasang surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton. Disamping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan (menghanyutkan) limbah yanng sampai di estuaria. Dalam hal penyimpanan zat hara peran serta estuaria sangat besar. Pohon mangrove dan rumput laut serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan organik yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani.
Banyaknya unsur hara di daerah estuaria mengakibatkan tumbuh suburnya tumbuhan, terutama makrophyta dan phythoplankton di daerah estuaria. Menurut Mann dalam Supriharyono (2000), produktivitas phytoplankton di perairan estuaria dapat mencapai 500gr C/m2/th atau lebih. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan dengan perairan laut terbuka. Mengenai produktivitas flora di daerah estuaria, lebih lanjut diketahui bahwa produktivitas makrophyta (rumput laut) didapatkan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas phytoplankton. Sebagai contoh di St Margaret’s Bay, Nova Scotia, produktivitas rumput laut di perairan ini mencapai sekitar tiga kalinya (603 gr C/m2/th) dibandingkan dengan produksi phytoplankton yang hanya 191 gr C/m2/th.
Tingginya produktivitas primer, baik dari makrophyta maupun phytoplankton, di perairan estuaria memungkinkan tingginya produktivitas sekunder diperairan tersebut. Beberapa tumbuhan tersebut ada yang dimanfaatkan dalam bentuk detritus. Mann dalam Supriharyono (2000) menyatakan bahwa 90% produksi makroalga melalui detritus organik dan DOM (Dissolved Organic matter), dan hanya 10% yang dimakan langsung (melalui grazing).
Di balik kesuburan perairan di daerah estuaria namun ada kekurangannya akibat adanya sedimentasi, karena sedimen juga mampu mengabsorbsi logam-lgam berat, maka tidak menutup kemungkinan didaerah estuaria juga terjadi “pollutan trapped” atau perangkap bahan pencemar. Prosews biodeposisi oleh “filter feeders” yang dapat memindahkan dan mengkonsentrasikan segala sesuatu yang terdapat dalam suspensi, termasuk bahan-bahan pencemar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah estuaria yang mendapat pengaruh dari adanya peristiwa pasang surut selain dapat memberikan banyak keuntungan khususnya bagi biota-biota estuaria namun juga sangat rawan untuk terjadinya pencemaran sehingga jika hal itu terus berlangsung maka akan mengganggu pula kehidupan biota di daerah estuari
Pengaruh dari adanya proses sedimentasi menyebabkan suatu perairan memiliki kedalaman yang berbeda-beda seperti hasil studi di perairan pesisir Banyuasin. Morfologi perairan terutama dibentuk oleh hasil endapan sedimen dari sungai dengan sebaran yang dikontrol oleh pasang surut dan aktifitas arus. Konfigurasi dasar laut mempengaruhi arah dan kecepatan arus, sebaliknya arus memiliki pengaruh yang besar terhadap transpor sedimen. Arus yang terjadi di perairan laut dapat dipisahkan menjadi arus pasut dan arus residual, dimana peran arus pasut di daerah estuaria cenderung lebih dominan dibandingkan dengan arus residu. Berdasarkan hasil analisa terhadap data pasut oleh variasi kisaran tunggang pasut 0,46 m pada saat pasang perbani (Neap Tide) hingga 3,42 m saat pasang purnama (Spring Tide). Berdasarkan data pengamatan terlihat terjadinya ketidaksimetrisan pasut saat menuju pasang tertinggi dan menuju surut terendah, dimana waktu yang dibutuhkan dari kondisi surut terendah menuju pasang tertinggi (9-10 jam) jauh lebih cepat dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan dari kondisi pasang tertinggi menuju surut terendah (14-15 jam). Artinya terdapat perbedaan waku selama 5 jam dari pasang tertinggi menuju surut terendah dan dari surut terendah menuju pasang tertinggi.
Ketidaksimetrisan pasut ini merupakan suatu fenomena yang ditemui di daerah muara sungai, karena pada saat pasang terjadi pemasukan massa air dari laut dan hulu sungai sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan massa air di estuari dan akibatnya permukaan air laut akan semakin cepat mengalami kenaikan. Sedangkan pada saat surut, massa air meninggalkan estuari menuju laut akan tetapi massa air masih masuk ke estuari dari hulu sehingga waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama.
Dari pembahasan di atas diketahui bahwa begitu banyaknya pengaruh dari peristiwa pasang surut yang terjadi di daerah estuaria, yang memungkinkan terjadinya berbagai macam peristiwa baik untuk biota daerah estuari ataupun pengaruh fisik dari daerah esuaria itu sendiri.



KESIMPULAN
Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik yang selalu berulang dengan periode tertentu dan pengaruhnya dapat dirasakan sampai jauh masuk kearah hulu dari muara sungai. Air pasang surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton. Disamping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menghanyutkan limbah sampai di estuaria. Dalam hal penyimpana zat hara peran serta estuaria sangat besar. Pohon mangrove dan rumput laut serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan organik yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani.
Distribusi larva ikan pun merupakan pengaruh dari adanya pasang surut di daerah estuaria, adanya pasang surut pun mempengaruhi bagaimana dimensi aliran sungai akibat ketidakseragaman penampang sungai akibat endapan lumpur, sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut, disamping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan (menghanyutkan) limbah yanng sampai di estuaria.
Di balik kesuburan perairan di daerah estuaria namun ada kekurangannya akibat adanya sedimentasi, karena sedimen juga mampu mengabsorbsi logam-lgam berat, maka tidak menutup kemungkinan didaerah estuaria juga terjadi “pollutan trapped” atau perangkap bahan pencemar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah estuaria yang mendapat pengaruh dari adanya peristiwa pasang surut selain dapat memberikan banyak keuntungan khususnya bagi biota-biota estuaria namun juga sangat rawan untuk terjadinya pencemaran sehingga jika hal itu terus berlangsung maka akan mengganggu pula kehidupan biota di daerah estuari.









DAFTAR PUSTAKA

          Diakses pada tanggal 12 Mei 2012.
Nybakken  W. James, BIOLOGI LAUT, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992.
          Diakses pada tanggal 12 Mei 2012.
[PDF] 1 STUDI KOMPONEN PASANG SURUT PERAIRAN DANGKAL. http://www.itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt31/jurnal/juni_1_final.pdf
[PDF] Jurnal Aplikasi Model Numerik 1-Dimensi Aliran di Sungai. http://diplomasipil.its.ac.id/ejournal/e75%20jurnal%20Suharjoko.pdf
[PDF] Jurnal Geoaplika (2008) Volume 3, Nomor 3, hal.143-150 143. http://www.fitb.itb.ac.id/kk-geologi../wp../334-ga-aris-i-hal-143-150.pdf
[PDF] Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus di Muara Sungai Musi. http://eprints.unsri.ac.id/585/1/v15-no1-d-2-heron-(35-39)-JPS.pdf
[PDF] KEANEKARAGAMAN FAUNA IKAN DI PERAIRAN MANGROVE. http://www.oseanografi.lipi.go.id/sites/default/files/oldi_41_39-53.pdf
[PDF] KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI LARVA IKAN PELAGIS. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/41086268_1858-4787.pdf









Friday, August 31, 2012

ikan dan alat tangkapnya 2


MAKALAH
PENGANTAR ILMU PERIKANAN DAN KELAUTAN
TENTANG
(ALAT TANGKAP IKAN)


OLEH              :
Nurul Mutmainnah   / 115080100111058
Rila Arbianti             / 115080101111016
Viga Boy Kharisma  / 115080100111028
Suliswanto                 / 115080100111060
M. Nizar Rozaki       / 115080100111074
Dimas Agung P         / 115080100111056
Samuel Saputra H    / 115080100111054
Wahyudian Joko W  / 115080100111050
Cahyani Rohmawati / 115080100111062


MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011






PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Kegiatan penangkapan ikan merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk memanfaatkan potensi perikanan yang ada di Indonesia. Dalam kegiatan penangkapan ikan diperlukan berbagai informasi tentang konstruksi dan pengoperasian alat tangkap yang efektif, kondisi oseanografi, maupun mengenai tingkah laku ikan yang menjadi sasaran penangkapan. Ikan yang ada di laut harus dapat dimanfaatkan dengan baik melalui proses penangkapan ikan. Secara garis besar di Indonesia terdapat 10 macam alat tangkap yang sering yang digunakan yaitu seperti pukat udang, pukat kantong, pukat cincin, jaring insang, jaring angkat, mata pancing, bubu, pengumpul kerang/rumput laut, pukat ikan karang, dan tombak (Haxims, 2010), yang semuanya memiliki fungsi masing-masing dan biasa digunakan pada daerah-daerah yang sesuai pula.
            Ikan laut merupakan kekayaan alam yang tidak habis-habisnya selama dapat mengelola dengan baik karena di laut yang sangat luas terjadi kesadaran masyarakat akan pentingnya laut semakin baik, berbagai proses perbaikan stok ikan baik melalui pertumbuhan fertilitas, migrasi ikan dan lain-lain. Ikan yang ada di laut ini harus dapat dimanfaatkan dengan baik melalui proses penangkapan ikan. Untuk melakukan penangkapan harus menggunakan alat tangkap yang sesuai dengan karakteristik tingkah laku dan habitat ikan yang berada di laut tersebut (UMKM, 2010).
            Setiap usaha penangkapan ikan di laut pada dasarnya adalah bagaimana mendapatkan daerah penangkapan, gerombolan ikan, dan keadaan potensinya untuk kemudian dilakukan operasi penangkapannya. Beberapa cara untuk mendapatkan kawasan ikan sebelum penangkapan dilakukan menggunakan alat bantu penangkap yang biasa disebut rumpin dan sinar lampu. Kedudukan rumpon dan sinar lampu untuk usaha penangkapan ikan di perairan Indonesia sangat penting ditinjau dari segala aspek baik ekologi, biologi, maupun ekonomi. Rumpon digunakan pada siang hari sedangkan lampu digunakan pada malam hari untuk mengumpulkan ikan pada titik/tempat laut tertentu sebelum operasi penangkapan dilakukan dengan alat penangkap ikan seperti jaring, huhate dsb (SIPUK, 2007).
                       
PEMBAHASAN
ALAT TANGKAP IKAN (JARING, PANCING, DAN TRAP)
            Banyaknya jenis ikan dengan segala sifatnya yang hidup di perairan yang lingkungannya berbeda-beda, menimbulkan cara penangkapan termasuk penggunaan alat penangkap yang berbeda-beda pula. Juga sifat dari ikan pelagis selalau berpindah-pindah tempat, baik terbatas hanya pada suatu daerah maupun berupa jarak jauh seperti ikan tuna dan cakalang yang melintasi perairan beberapa negara tetangga Indonesia.
            Dilihat dari segi kemampuan usaha nelayan, jangkauan daerah laut serta jenis alat penangkapan yang digunakan oleh para nelayan Indonesia dapat dibedakan antara usaha nelayan kecil, menengah, dan besar. Dalam melakukan usaha penangkap ikan dari tiga kelompok nelayan tersebut digunakan sekitar 15 s/d 25 jenis alat penangkap yang dapat dibagi dalam empat kelompok sebagai berikut.
Kelompok Alat Tangkap Ikan Nelayan
No
Kelompok
Nama Alat Tangkap
1
Pukat
Payang termasuk lampara, Pukat pantai, Pukat cincin
2
Jaring
Jaring insang hanyut, Jaring insang lilngkar, Jaring klitik, Jaring trammel
3
Jaring Angkat
Bagan Perahu, Bangan Tancap, Bagan Rakit, Serok, Bondong dan banrong
4
Pancing
Rawi tuna, Rawai hanyut selain, Rawai tetap, Huhate, Pancing tonda, Pancing tangan-hand lin
(SIPUK, 2007).
            Namun secara umum alat tangkap ikan terbagi dalam tiga macam yaitu alat tangkap Jaring, Pancing, dan Trap.




ALAT TANGKAP JARING


            Menurut arti katanya alat penangkapan ikan, burung, dsb yang berupa siratan atau rajutan tali/benang yang membentuk mata jala dapat dikatakan sebagai jaring. Jaring terdapat beberapa macam berdasarkan definisinya menurut data artikata.com (2011), yaitu :
-    Jaring angkat merupakan jaring penangkap ikan yang pada waktu diturunkan dan diangkat dari perairan, dan gerakannya vertikal.
-       Jaring angkat tetap merupakan jaring angkat yang cara pemasangannya tetap di suatu tempat, yaitu dekat pantai atau di tempat yang dangkal.
-       Jaring dorong merupakan jaring berbentuk kantong yang penggunaannya dengan cara mendorong alat tersebut ke depan ke tempat yang diperkirakan ada ikannya, pendorongan dilakukan dengan tangan atau dengan perahu di tempat dangkal.
-       Jaring halau merupakan jaring yang hanya digunakan di daerah perairan berkarang untuk menangkap ikan karang.
-       Jaring hanyut merupakan jaring insang yang pemasangannya dibiarkan hanyut mengikuti arus.
-       Jaring insang 1 merupakan jaring berbentuk persegi empat panjang yg dilengkapi dengan pemberat di bagian bawah dan pelampung di bagian atas, dipasang menghadang arah gerak ikan sehingga ikan tertangkap karena insangnya tersangkut pada mata jaring.
-       Jaring insang 2 merupakan jaring ikan yg dipasang melingkar pada waktu penangkapan ikan.
-       Jaring kantong merupakan jaring berbentuk kantong, mempunyai dua buah sayap yg cara penggunaannya ditarik ke arah kapal yg sedang berhenti atau ditarik ke pantai.
Namun ada pula alat tangkap jaring lainnya seperti :
Jaring Jodang
            Jaring jodang adalah alat penangkap ikan yang memiliki bentuk rangka trapesium yang dikelilingi jaring. Alat tangkap ini memiliki pintu masuk yang berfungsi sebagai tempat masuknya target tangkapan. Alat tangkap ini diklasifikasikan kedalam alat tangkap perangkap dan penghadang.
            Jaring jodang memiliki rangka terbuat dari besi behel dengan diameter 4 mm dan badan terbuat dari warning dengan mesh size 4 mm. Ukuran bagian bawah 30x30 cm, atas 10x10 cm, tinggi antara 8-10 cm dan diameter pintu masuk berukuran antara 6-8 cm. Ukurannya bisa berbeda antara nelayan satu dan nelayan lainnya meskipun masih dalam satu daerah .
Dalam pengoperasian jaring jondang diperlukan 3 komponen pendukung seperti:
-       Kapal
Pengoperasian jaring jodang biasanya dilakukan dengan menggunakan perahu motor tempel yang dilengkapi dengan gardan penarik tali utama. Namun perahu hanya digunakan untuk membawa alat ke fishing ground dan membawa hasil tangkapan saja.
-       Nelayan
Nelayan yang mengoperasikan jaring jodang berjumlah 2-3 orang. Satu orang bertindak sebagai nahkoda kapal dan 2 orang melakukan proses penangkapan.
-       Alat Bantu
Alat bantu yang digunakan yaitu gardan yang terbuat dari bambu, kayu dan besi.
-       Umpan
Umpan yang biasa dipakai adalah ikan peperek atau ikan rucah yang dikaitkan di bagian bawah jaring dengan cara diikat dengan karet gelang.

Metode pengoperasian alat
            Pemasangan jaring jodang di daerah penangkapan dipasang satu demi satu kemudian diuntai dengan jarak satu dan lainnya antara 3-4 m. Dalam satu set jaring jodang biasanya dipasang antara 200-600 buah jaring jodang atau tergantung dari kapasitas perahu, modal dan kemampuan nelayan mengoperasikannya. Waktu operasi dimulai dari jam 18.00- 06.00 dengan lama peredaman antara 2-4 jam (Martasuganda, 2003).

Daerah pengoperasian
            Alat tangkap jaring jodang ini masih banyak digunakan oleh masyarakat di daerah pantai utara dan selatan Sumatra, namun di daerah Kalimantan Barat dan Selatan alat tangkap ini juga masih ada yang menggunakannya. Daerah pengoperasian di perairan pantai dasar perairannya berlumpur, berlumpur bercampur pasir atau perairan yang banyak dihuni oleh jaring jodang dengan kedalaman antara 5-30 m tergantung keberadaan jaring jodang pada daerah tangkapan (Martasuganda, 2003).

Hasil tangkapan
            Jenis hasil komoditas utama yang diperoleh dari alat tangkap ini yaitu keong macan (Bobylania spirata) dan lainnya (Sulaiman 2003).

Jaring Payang
            Jaring payang merupakan salah satu jenis alat tangkap yang cukup produktif digunakan untuk penangkapan ikan di kolom air dan banyak tersebar di seluruh perairan Indonesia. Namun demikian kadang kala tiap daerah  dimodifikasi, sebagai contoh bahwa jaring payang dikenal di perairan Laut Jawa dan di Perairan Belitung dengan ukuran yang agak berbeda. Secara spesifik jaring payang merupakan salah satu bentuk jaring penangkapan ikan yang terdiri atas kantong jaring, kaki jaring dan tali jaring. Mata jaring memiliki ukuran standar yang telah ditentukan dan direkomendasi oleh pemerintah.
Jaring payang banyak digunakan oleh usaha kecil menengah, karena jaring payang memerlukan biaya yang relatif kecil sehingga terjangkau oleh nelayan kecil dan dioperasionalkan cukup dengan satu perahu dan 5 orang anak buah kapal (ABK). Sebagian besar pengguna jaring payang adalah nelayan tradisional dan berpendidikan rendah.
            Jaring payang biasa dioperasikan pada daerah-daerah permukaan, dimana biasanya digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang tersebar begitu banyak di daerah permukaan.


ALAT TANGKAP PANCING

            Alat pancing terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali dan mata kail. Jumlah mata yang terdapat pada tiap perangkat pancing bisa tunggal maupun ganda, bahkan banyak sekalli (beberapa ratus mata kail) tergantung dari jenis pancingnya. Selain dua komponen utama tali dan mata pancing, alat pancing dapat dilengkapi dengan komponen lainnya, misalnya tangkai (pole), pemberat, pelampung dan kili-kili (swivel). Pada umumnya mata pancing diberikan umpan baik dalam bentuk mati maupun hidup atau umpan tiruan. Banyak macam alat pancing digunakan oleh para nelayan, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dalam bentuk ukuran skala besar yang digunakan untuk perikanan industri                                                                                                               (SIPUK, 2007).
            Kita  pasti pernah mendengar berbagai macam alat untuk menangkap ikan. Mulai dari menggunakan jaring, pancingan, perangkap, sampai dengan yang terburuk adalah bom. Di Indonesia, ada alat tangkap yang menangkap ikan dengan cara yang unik dan pastinya, ramah lingkungan. Nama alat tangkap tersebut adalah "Huhate" atau dalam bahasa internasional disebut "Pole And Line".

Huhate
            Huhate atau yang dalam bahasa internasional disebut dengan "Pole And Line" merupakan alat penangkap ikan yang sudah digunakan sejak zaman dahulu oleh masyarakat ambon secara turun temurun. Huhate dipergunakan khusus untuk menangkap cakalang, maka tak heran jika alat ini juga dikenal dengan "Pancing Cakalang".




Cara pengoperasian Huhate
            Huhate dioperasikan pada pagi hari ketika matahari terbit, yaitu sekitar pukul 05.30 - 11.00, dan pada saat menjelang matahari terbenam, yaitu pukul 14.30 - 17.30. Sebelum melakukan penangkapan, juru umpan (boi-boi) melakukan pengintaian di sekitar laut menggunakan teropong, untuk menentukan daerah tempat berkumpulnya ikan cakalang. Tanda-tanda gerombolan ikan cakalang pada umumnya adalah:
  1. Sekelompok burung2 yang menukik tajam ke permukaan laut
  2. Ikan-ikan yang melompat diatas permukaan laut yang menimbulkan riak-riak air laut
  3. Perbedaan warna air laut akibat gerombolan ikan berenang di sekitar permukaan
Setelah menemukan tanda-tanda ikan di laut, kapal langsung bergerak dengan kecepatan tenang agar tidak mengusir gerombolan ikan cakalang. Juru umpan (boi-boi) dan pemancing segera bersiap pada posisinya masing-masing. Ketika kapal sudah berada pada posisi yang terdekat dengan gerombolan ikan, Juru Minyak langsung menghidupkan water pump untuk menyemprotkan sprayer yang terdapat pada haluan kapal. Hal ini dilakukan untuk mengaburkan penglihatan ikan. Setelah air disemprotkan disekitar haluan kapal, boi-boi langsung menebarkan umpan hidup yaitu ikan teri kelaut sehingga gerombolan cakalang mendekati kapal. Sementara itu kapal membuat gerakan melingkar secara terus - menerus sedangkan boi-boi menebar umpan hidup sampai gerombolan ikan cakalang sebagian besar telah berkumpul di bagian haluan kapal.
            Para pemancing yang telah bersiap di haluan kapal kemudian mulai melakukan pemancingan. Pancing diturunkan ke permukaan laut sambil digerak - gerakkan ke kanan dan ke kiri. Bila cakalang telah menyambar mata kail (umpan buatan), segera ikan diangkat dengan cara dihentakkan ke atas deck kapal. Para pemancing bertugas untuk memancing cakalang yang berada di laut tersebut sebanyak-banyaknya, untuk itu diperlukan kecepatan, kekuatan, kesabaran dan yang paling penting adalah keterampilan dan keahlian pemancing. Berdasarkan posisi pemancingan untuk ABK yang telah mahir menduduki posisi pada bagian depan haluan kapal dan seterusnya untuk yang masih tergolong masih pemula biasanya mendapat posisi pada bagian belakang haluan kapal. Jumlah pemancing pada setiap kapal pada umumnya adalah 32 orang.
            Pemancing paling unggul memiliki kecepatan untuk mengangkat mata pancing sampai dengan 50-60 ekor per menit. Pemancing unggulan diberi posisi di bagian haluan kapal, dimaksudkan agar lebih banyak ikan tertangkap. Sedangkan pemancing pemula berposisi di bagian buritan, umumnya adalah orang-orang yang baru belajar memancing dan pemancing berusia tua yang tenaganya sudah mulai berkurang atau sudah lamban. Hal yang perlu diperhatikan adalah pada saat pemancingan dilakukan jangan ada ikan yang lolos atau jatuh kembali ke perairan, karena dapat menyebabkan gerombolan ikan menjauh dari sekitar kapal.
            Sekarang ini, nelayan pendatang dari luar ambon mulai mengoperasikan alat tangkap menggunakan jaring. Dari segi perolehan hasil, tentu saja dengan menggunakan jaring hasil yang didapatkan bisa 2-3 kali lebih banyak daripada menggunakan huhate. Hal ini berdampak, nelayan tradisional yang menggunakan huhate hanya mendapat sisanya yang jumlahnya tergolong sedikit. Tidak hanya nelayan asing yang membuat nelayan lokal terancam. Sejumlah perusahaan nasional yang mengoperasikan perahu dengan alat tangkap jaring untuk menangkap ikan di perairan Maluku juga mengundang resah.
            Apabila pengoperasian alat tangkap jaring tidak diatur dalam regulasi yang tepat, maka bukan tidak mungkin alat tangkap huhate ini akan semakin berkurang penggunaannya, dan bahkan bisa membuat alat tangkap ini hilang dari 10 daftar alat tangkap di Indonesia. Hal yang terburuk juga berakibat berkurangnya jumlah populasi ikan cakalang secara drastis oleh karena habis tertangkap dalam skala besar oleh alat tangkap jaring.
           
Sedangkan alat pancing yang lainnya seperti :
-       Pancing tangan/ulur sederhana
Jenis pancing ini tersebar luas di Negara kita, bahkan dapat dikatakan tiap nelayan memilikinya paling kurang satu perangkat. Jenis ini ada yang menggunakan satu mata pancing peralat ataupun ada yang dengan beberapa mata pancing peralat. Jenis pancing ini ada yang dioperasikan dari suatu tebing di pantai, dari bebatuan yang ada di pantai, dari perahu maupun kapal. Beberapa jenis pancing dari kelompok ini yang ada di tanah air antara lain : pancing usep, pancing jegog, pancing mungsing, pancing gambur serta sejumlah penamaan lainnya. Jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan antara lain bambangan (kakap merah, snapper), ekor kuning (Caesio sp.), Caranx sp. Dsb.

-       Pancing Dengan Layang-Layang (Kite Line).
Jenis pancing yang satu ini cukup unik,karena pada pengoperasiannya menggunakan laying-layang. Jenis pancing yang banyak dijumpai di pulau seribu (Jakarta), banten, sulawesi dan maluku ini umumnya dioperasikan dari sebuah perahu ataupun kapal kecil. Sebagai laying-layangnya, nelayan biasanya menggunakan daun kiter (Polypodium quercifollum), sebagai ganti ekor laying-layang, diikatkan tali pancing tanpa mata pancing sama sekali. Sebagai mata pancing dibuatkan jerat berumpan. Nelayan mengoperasikan alat ini sama seperti halnya orang bermain laying-layang. Layang-layang tersebut dinaikkan sedemikian rupa dan diusahakan agar ujung tali (yang berjerat dan berumpan) seperti bermain diatas air. Jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan yang umumnya berupa ikan cendro (Tylosurus melenotes blk) akan berusaha untuk dapat menangkap umpan tadi, hingga suatu saat ikan tersebut akan masuk ke dalam jerat dan tertangkap.

-       Alat pancing gurita (Octopus Jigg)
Sesuai dengan namanya, jenis alat pancing ini ditujukan untuk menangkap gurita (octopus). Kita tahu, gurita merupakan salah satu komuditi mahal bagi restoran yang menyajikan “sea foods” maupun hidangan “sabu-sabu” yang harganya cukup “waaah”.pancing gurita ini sangat spesifik, karena pada badan alat pancingnya terdapat sekian banyak mata kail yang melengkung dan mencuat ke atas. Melalui tali pancing yang panjang, maka alat pancing yang bermata banyak tersebut diturunkan pada lokasi yang diduga banyak dihuni gurita, yang umumnya pada karang bergua-gua batu, sedikit disebelah atas mata pancing tersebut ditautkan beberapa ikan umpan pada tali pancing. Manakala gurita tengah sibuk memakan umpan-umpan tadi, melalui sentakan mendadak, akan memungkinkan gurita akan tersangkut pada mata pancing.



ALAT TANGKAP TRAP (perangkap)


            Trap atau perangkap merupakan alat penangkap ikan yang dipasang secara tetap di dalam air dengan jangka waktu tertentu untuk mempermudah masuknya ikan dan mempersulit keluarnya. Biasanya Trap atau perangkap ini dibuat dari bahan-bahan alami seperti bambu, kayu atau juga bahan buatan lainnya seperti jaring. Untuk pengoperasian beberapa jenis alat tangkap yang termasuk ke dalam jenis Trap, ada yang dioperasikan dipermukaan air yang biasa digunakan untuk menangkap ikan terbang, namun kebanyakan dioperasikan di dalam dasar perairan yang digunakan untuk menangkap ikan-ikan demersal.
Beberapa jenis Trap yang banyak digunakan dalam penangkap ikan diantaranya:
Bubu
Bubu adalah alat tangkap yang umum dikenal dikalangan nelayan, yang berupa jebakan, dan bersifat pasif. Bubu sering juga disebut perangkap “ traps “ dan penghadang “ guiding barriers “. Bubu dibagi menjadi beberapa macam antara lain :
-       Bubu Dasar

Bubu dasar dapat terbuat dari anyaman bambu (bamboo netting), anyaman rotan (rattan netting) dan anyaman kawat (wire netting) dengan derican berbagai macam bentuk. Bubu dasar merupakan alat tangkap ikan pasif dengan jenis yang beragam, berbentuk anyaman dengan bentuk bubu yang bervariasi. Ada yang seperti sangkar (cages), silinder (cylindrical), gendang, segitiga memanjang (kubus) atau segi banyak, bulat setengah lingkaran, dll. Bahan bubu umumnya dari anyaman bambu (bamboo`s splitting or-screen).Secara umum, bubu terdiri dari bagian-bagian badan (body), mulut (funnel) atau ijeh, pintu.Berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung.Berbentuk seperti corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tidak dapat keluar.

Cara pengoperasian
       Sebelum alat penangkap dimasukan kedalam perairan maka terlebih dahulu menentukan daerah penangkapan.penentuan daerah penangapan tersebut didasarkan pada tempat yang diperkirakan banyak ikan demersal ,yang biasanya ditandai dengan banyaknya terumbu karang atau pengalaman dari nelayan. Dalam operasional penangkapannya bisa tunggal (umumnya bubu berukuran besar), bisa ganda (umumnya bubu berukuran kecil atau sedang) yang dalam pengoperasiannya dirangkai dengan tali panjang yang pada jarak tertentu diikatkan bubu tersebut. Bubu dipasang di daerah perairan karang atau diantara karang-karang atau bebatuan. Bubu dilengkapi dengan pelampung yang dihubungkan dengan tali panjang. Setelah bubu diletakkan di daerah operasi, bubu ditinggalkan.        
       Bagi bubu yang tidak manggunakan umpan, setelah tiba di daerah penangkapan,maka dilakukan penurunan pelampung tand dilanjutkan penurunan bubu beserta pemberatnya,sedangkan bubu yang menggunakan umpan (biasanya dari ikan) terlebih dahulu dimasukan umpan alu di masukan kedalam perairan.setelah dianggapposisinya sudah baik maka pemasangan bubu dianggap selesai., untuk kemudian diambil 2-3 hari setelah dipasang, kadang hingga beberapa hari.

Daerah penangkapan
                   Dalam operasi penangkapan, bubu dasar biasanya dilakukan di perairan karang atau diantara karang-karang atau bebatuan. Dan tidak ada musim khusus untuk Bubu Dasar.


Hasil tangkapan
       Hasil tangkapan dengan bubu dasar umumnya terdiri dari jenis-jenis ikan, udang    kualitas baik, seperti Kwe (Caranx spp), Baronang (Siganus spp), Kerapu (Epinephelus spp), Kakap ( Lutjanus spp), kakatua (Scarus spp), Ekor kuning (Caeslo spp), Ikan Kaji (Diagramma spp), Lencam (Lethrinus spp), udang penaeld, udang barong, kepiting, rajungan, dll.

-       Bubu Hanyut
Bubu hanyut pada prinsipnya hampir sama dengan bubu dasar, namun dikhususkan untuk menangkap ikan terbang (flaying fish) serta pada bagian luar bubu dipasangkan untaian daun ketapa. Pantai Barat Sulawesi Selatan, bubu hanyut digunakan juga untuk mengumpulkan telur dari ikan terbang. Dalam bahasa lokal disebut "patorani" dimana atat ini clioperasikannya pada saat musim timur, yaitu musim pemijahan dari ikan terbang di Laut Flores, sehingga bubu hanyut ini dalam pengoperasiannya hanya digunakan pada saat musim-musim tertentu Baja. Merupakan alat tangkap ikan pasif yang di hanyutkan di perairan dengan pintu berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung. Berbentuk seperti corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tidak dapat keluar. Sedikit berbeda dengan Bubu Dasar karena tidak menggunakan pemberat.

Cara pengoperasian
          Pada waktu penangkapan, bubu hanyut diatur dalam kelompok-kelompok yang  kemudian dirangkaikan dengan kelompok-kelompok berikutnya sehingga jumlahnya menjadi banyak, antara 20-30 buah, tergantung besar kecil perahu/kapal yang akan digunakan dalam penangkapan.

Operasi penangkapan dilakukan sebagai berikut :
          Pada sekeliling bubu diikatkan rumput laut. Bubu disusun dalam 3 kelompok yang saling berhubungan melalui tali penonda (drifting line). Penyusunan kelompok (contohnya ada 20 buah bubu) : 10 buah diikatkan pada ujung tali penonda terakhir, kelompok berikutnya terdiri dari 8 buah dan selanjutnya 4 buah lalu disambung dengan tali penonda yang langsung diikat dengan perahu penangkap dan diulur sampai + antara 60-150 m, atau dapat juga dengan cara :
          Pada fishing ground yang dianggap banyak terdapat ikan terbang.alat penangkap ini di rangkai sedemikian rupa, sehingga dalam satu rangkaian terdiri dari 4-6 rangkaian bubu.kemudian bubu tersebut diturunkan keperairan. Bubu tersebut tidak diberi pemberat sehingga alta penangkap tersebut terapung di permukaan air.pada saat operasi penangkapan ikan dilakukan,alat penangkap ini diikatkan pada perahu,dengan demikian ia akan ikut hanyut bersama perahu sesuai dengan arah arus.

Daerah penangkapan
          Dalam operasi penangkapan, bubu hanyut ini sesuai dengan namanya yaitu dengan menghanyutkan ke dalam air. Alat ini dioperasikan pada musim timur yaitu musim pemijahan dari ikan terbang dilaut flores, sehingga dapat dikatakan alat penangkap ini hnaya dioperasikan hanya pada musim-musim tertentu.

Hasil tangkapan
          Hasil tangkapan bubu hanyut adalah ikan torani, ikan terbang (flying fish).

-       Bubu Kepiting
          Alat ini umumnya terbuat dari anyaman kawat. Merupakan alat tangkap ikan pasif  termasuk kedalam bubu dasar namun hanya menjebak kepiting, rajungan dan lobster. Bentuknya ada yang selinder dan persegi, dan sebagainya.dalam pengoperasian dapat memakai umpan atau tanpa umpan.

Cara pengoperasian
          Sebelum alat penangkap dimasukan kedalam perairan maka terlebih dahulu menentukan daerah penangkapan.penentuan daerah penangapan tersebut didasarkan pada tempat yang diperkirakan banyak kepiting. Dalam operasional penangkapannya bubu dijatuhkan kedasar permukaan air dan ditinggal dalam jangka waktu tertentu. Ketika sudah dirasa cukup maka bubu diangkat kepermukaan air (biasanya dala jangka 2-3 hari).

Daerah penangkapan
          Dalam operasi penangkapan, bubu kepiting hampir sama dengan bubu dasar. Dan tidak ada musim khusus untuk Bubu Dasar.

Hasil tangkapan
          Kepiting, rajungan, dan lobster.

-       Bubu Bambu
        Sesuai dengan namanya bubu ini terbuat dari bamboo dengan kegunaan seperti layaknya bubu.
Cara pengoperasian
          Pemasangan bubu ini di perairan, bisa dipasang satu demi satu kemudian di untai atau dipasang dua atau tiga bubu dalam satu ikatan kemudian di pasang dengan cara diuntai dengan jarak satu dan lainnya 5-6 meter.

Daerah pengoperasian
          Perairan pantai yang dasar perairannya berlumpur, berlumpur bercampur pasir atau perairan yang banyak dihuni oleh ikan yang akan dijadikan target tangkapan. Musim untuk penangkapan disesuaikan dengan musim ikan yang akan dijadikan target tangkapan di daerah masing-masing.

Hasil penangkapan
          Ikan lindung.

-       Bubu Wadong
        Alat ini sifatnya pasif, dipasang menetap di tempat yang diperkirakan akan dilewati oleh kepiting. Keseluruhan dari alat ini terbuat dari bahan bambu termasuk alat pemanngcang dan alat penusuk umpan.
Cara pengoperasian
          Pemasangan wadong di daerah penangkapan dipasang secara tunggal atau satu persatu terpisah dari yang lainnya. Dalam satu kali operasi bisa dipasang sebanyak 10-20 buah wadong. Pemasangan wadong biasanya di sore hari pada waktu air surut d di angkat saat pagi hari selagi air surut. Semua kegiatan dilakukan secara manual baik dengan sampan maupun tanpa sampan.

Daerah pengoperasian
          Daerah penangkapan yang umum dijadikan tempat untuk meletakan wadong adalah di sekitar akar-akar pohong mangrove atau di tempat yang diperkirakan akan dilalui kepiting. Kedalaman antara 40-50 cm pada waktu surut. Musim penangkapan  umumnya dilakukan sepanjang tahun.

Hasil penangkapan
          Kepiting Bakau

-       Bubu Gurita
          Penangkapan gurita umumnya dilakukan di Indonesia biasanya hanya dilakukan dengan cara menggunakan tobak dimana cara penombakannya dilakukan dengan cara sambil menyelam. Alat tangkap yang secara khusus digunakan untuk menangkap gurita dikatakan masih belum ada. Bubu ini bisa terbuat dari keramik ataupun cangkang kerang jenis Scaphara subcrenata, Rapana thomasiana, dengan ukuran panjangnya antara 15-20 cm atau jenis cangkang kerang lain dengan ukuran yang hamper sama. Biasanya bubu gurita dioperasikan di Jepang.

Cara pengoperasian
          Metode pengoperasian dari bubu gurita pada prinsipnya hampir sama dengan metode pengoperasian bubu lainnya hanya saja dalam pengoperasian bubu gurita tidak menggunakan umpan. Lama perendaman tergantung nelayan yang mengoperasikan sesuai dengan penalaman, tapi pada umumnya antara 2-3 hari. Pemasangan dan pengangkatan bubu dilakukan setiap hari di pagi hari. Pemasangan bubu di daerah penangkapan dipasang atau satu demi satu kemudian diuntai dengan jarak satu sama lainnya 6-10 m. Dalam satu set bubu biasanya antara 20-30 bubu atau dari kapasitas perahu, bubu yang tersedia dan kemampuan nelayan mengoperasikannya.

Daerah pengoperasian
          Daerah penangkapan adalah daerah penangkapan yang mempunyai dasar perairan lumpur berpasir, berarus kecil dengan kedalaman antara 5-40 m. Daerah penangkapan yang berarus cepat tidak cocok untuk pengoperasian bubu gurita. Musim penangkapan disesuaikan dengan musim keberadaan gurita di daerah penangkapan masing-masing. Musim memijah akan lebih mudah untuk memasuki bubu, tetapi musim setelah memijah lebih akan susah untuk memasuki bubu.

Hasil penangkapan
          Gurita jenis Ocellated octopus – Octopus ocelatus, Octopus vulgaris dan jenis lainnya.

Sero
            Sero (guilding barrier) merupakan salah satu atat penangkapan
ikan yang dipasang secara tetap di dalam air, biasanya terdiri dari susunan pagar-pagar yang berfungsi menuntun ikan agar masuk ke daLam perangkap. Terbuat dari kayu, atau bambu.
Alat  ini biasanya terbuat dari kayu, waring, atau bambu. Terdiri dari bagian-bagian yaitu : (a) penanju ( leading net) yang berfungsi untuk menghadang ikan dalam renang ruayanya khususnya ikan-ikan yang beruaya pada saat pasang naik; (b) daerah bunuhan, biasanya terletak pada bagian yang lebih dalam.

Cara pengoperasian
            Dalam operasi penangkapannya sangat sederhana karena setelah alat penangkap ini dipasang diperairan diharapkan ikan-ikan yang melewati penanju dari alat tangkap ini akan masuk kedaerah bunuhan. Pada saat air surut pengmbilan ikan didaerah bunuhan segera dilakukan. Dieropa barat seperti perancis dan italia alat tangkap sejenis sero yang terbuat dari benang multifilamen disebut fyke net.

Daerah penangkapan
            Pemasangan alat tangkap ini hanya bisa dilakukan pada daerah-daerah yang landai sedikit miring. Nelayan banyak memasangnya pada daerah-daerah pinggir pantai. Alat tangkap sero ini tidak memiliki musim khusus, karena lebih bergantung ke pasang-surut.

Hasil penangkapan
            Ikan sidat.

Jermal
            Jermal adalah perangkap yang terbuat dari jaring berbentuk kantong dan dipasang semi permanen menantang/berlawanan dengan arus (biasanya arus pasang surut) digunakan untuk memanfaatkan ikan-ikan yang mengikuti arus.
Jermal adalah perangkap pasang surut (tidal trap) yang merupakan ciri khas alat penangkapan yang terdapat di perairan Sumatera bagian Utara. Pada prinsipnya, jermal ini terdiri dari jajaran tiang-tiang panjang yang merupakan sayap, jaring jermal dan rumah jermal, jajaran tiang panjang terbuat dari pohon nibung (Oncosperma spp), kayu pohon bakau (Rizhopora spp), kayu tengar (Ceriop spp) berukuran panjang antara 12–15cm, garis tengah 10-20cm.
            Jaring jermal terdiri dari tiga bagian : mulut, badan, dan kantong, bentuknya bisa menyerupai tikar (jermal biasa), berbentuk kantong (bubu jermal atau jaring kantong jermal), berbentuk gabungan antara tikar dan kantong (kilung bagan, ambai jermal), rumah jermal, merupakan plataran (platform) tempat kegiatan perikanan jermal dilakukan. Jarak pemasangan jermal biasanya sekitar antara 3-6mil dari pantai, untuk pengoperasional jermal tidak diperlukan perahu atau kapal, perahu atau kapal hanya digunakan sebagai alat transportasi, untuk mengambil hasil tangkapan.

Cara pengoperasian
            Cara pengoperasian penangkapan ikan yang dilakukan dengan jermal adalah dengan menekan galah yang terdapat pada kanan atau kiri mulut jaring ke bawah sampai di dasar sehingga mulut kantong jaring terbuka secara sempurna. Kemudian tunggu antara 20-30 menit sementara menunggu diangkat. Pengambilan hasil tangkapan dilakukan dengan menutup mulut jaring dengan cara mengangkat bibir bawah ke atas sehingga menyatu dengan bibir atas, kemudian diikuti mengangkat bagian-bagian tengah kantong melalui katrol-katrol. Pengambilan hasil dilakukan dengan membuka ikatan tali pada ujung belakang kantong.

Daerah pengoperasian
            Depth dari fishsing ground harus diperhitungkan dengan menggunakan bambu atau kayu. Sebagai pancang jaring akan lebih stabil berada di tempat juga bentuk jaring dalam air akan lebih dapat dikontrol karena jika kedalaman terlalu dalam maka penggunaan bambu atau kayu sebagai pancang akan mengalami kesukaran dan kita haruslah menggunakan jangkar.
            Arus pada daerah fishing ground haruslah sekecil mungkin ataupun tidak ada sama sekali. Akibat dari arus, jaring akan mengalami perubahan bentuk, menghalang-halangi ikan yang akan memasuki jaring, juga kita akan mengalami kesukaran pada waktu pengangkatan jaring (operasi). Pada tempat yang berarus kuat, jaring akan lekas rusak. Fishing ground haruslah terlindungi dari angin yang kuat, karena akibat hembusan angin akan menimbulkan gelombang. Hal ini akan mempersukar kerja operasi. Musim penangkapan pada saat pasang-surut terjadi, karena memanfaatkan ikan yang mengikuti arus (biasanya arus pasang surut).

Hasil penangkapan
            Hasil tangkapan dari pengoperasian alat tangkap jermal tersebut, terutama jenis-jenis sumberdaya perikanan pantai. Di antaranya yaitu biang-biang (Setipinna spp), bulu ayam (Engraulis spp), kasihmadu (Kurtus indicus), nomei (Harpodon spp), gulamah (Scinea spp), puput, matabello (Pellona spp), bawal putih (Pampus argentus), tenggiri (Sconberomorus spp), mayung (Arius spp), jenis-jenis udang, golok-golok (Chirosenrus spp), kakap (Lates calcarifer), senangin (Polynemus spp) selanget (Dorosoma spp), beloso (Sourida spp), pari (Rays), dan lain-lain

Set Net
Set Net hampir sama dengan Sero dilihat dari segi prinsip penangkapannya. namun Set Net lebih modern dibandingkan dengan Sero dan daerah penangkapannya pun tidak hanya di daerah pinggir pantai bahkan dapat lebih jauh dari pinggir pantai. Jaringnya merupakan suatu bangunan yang diletakan di dalam air . Alat tangkap jenis ini sangat berkembang baik di Jepang.
Set Net digunakan untuk memanfaatkan ikan-ikan yang senang bermigrasi ke daerah pantai dimana jalan yang dilalui ikan tersebut dihadang oleh lead net, akibatnya ikan akan menuju jaring. Set Net dapat dibedakan dari ukurannya, Set Net yang berukuran sedang disebut "hisago-cmi", yang berukuran besar disebut "otoshi-cmi" dan yang berukuran besar namun lebih lengkap disebut dengan "masu-ami".

Cara pengoperasian
            Cara pengoprasian set net seperti halnya alat tangkap sero dimana memanfaatkan ikan-ikan yang senang bermigrasi ke daerah pantai dan set net tersebut di pasang di daerah yang dilalui oleh ikan. Sehingga jalan yang dilalui ikan ini dihadang oleh lead net, akibatnya ikan akan masuk ke jaring. Prinsip penangkapannya adalah mengusahakan gerombolan ikan untuk memasuki jaring, setelah di hadang dan diajak dengan lead net adalah apabila gerombolan ikan menjumpainya maka ikan-ikan tidak akan merubah ruayanya kearah lain tetapi akan sejajar dengan arah lead net yang mengarah ke mulut jarring. Dengan demikian, lead net bukan saja berfungsi sebagai penghadang tetapi juga mmengajak ikan ke arah jaring.

Daerah pengoperasian
            Pemasangan alat tangkap ini dilakukan pada daerah-daerah yang landai sedikit miring, pada daerah-daerah pinggir pantai. Karena memanfaatkan ikan yang bermigrasi ke pantai. Untuk penagkapan dilakukan saat pasang-surut air laut.


Hasil tangkapan
            Jenis-jenis ikan seperti ekor kuning, kembung, sardine, salmon, cakalang, dan lain-lain.





KESIMPULAN
            Banyaknya jenis ikan dengan segala sifatnya yang hidup di perairan yang lingkungannya berbeda-beda, menimbulkan cara penangkapan termasuk penggunaan alat penangkap yang berbeda-beda pula. Pada alat tangkap jaring terdapat beberapa macam seperti adanya jaring angkat, jaring angkat tetap, jaring dorong, jaring halau, jaring hanyut, jaring insang 1, jaring insang 2, jaring kantong, jaring jodang, dan jaring payang.
            Sedangkan pada alat tangkap pancing ada pole and line, dan pada alat tangakap trap ada bubu, sero, jermal, dan set net. Dimana semuanya memiliki fungsi dan dan cara kerja serta tempat pengoperasian dan hasil tangkap yang berbeda-beda, karena untuk setiap alat tangkap dibuat untuk menangkap jenis-jenis ikan tertentu pada dearah-daerah tertentu. Sehingga dengan adanya alat tangkap mempermudahkan kita dalam memanfaatkan potensi laut guna memenuhi kebutuhan kita akan sumber protein dari ikan dan sebagai pelengkap makanan pokok.




















HASIL DISKUSI KELOMPOK
Tentang Perikanan Tangkap
15/Desember/2011
Gedung D6C lantai III FPIK Universitas Brawijaya.

Perikanan tangkap adalah aktivitas penangkapan ikan tanpa melalui proses pemeliharaan terlebih dahulu seperti kegiatan budidaya. Perikanan tangkap dapat dilakukan di laut mana saja tanpa batas, meskipun demikian tiap daerah memiliki batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar, oleh karena itu terdapat peraturan untuk perikananan tangkap baik dari persoalan tempat-tempat yang diperbolehkan, juga mengenai objek yang akan diambil (ikannya), agar tidak terjadinya over fishing yang berujung pada masalah yang justru akan merugikan banyak pihak khususnya nelayan itu sendiri. Pada perikanan tangkap pun lebih banyak menggunakan alat tangkap dan lebih bervariasi, karena untuk daerah dan tempat-tempat tertentu terdapat ikan yang berbeda-beda pula sehingga untuk melakukan penangkapan diperlukan alat yang berbeda-beda yang sesuai dengan ikan yang akan ditangkap.


















DAFTAR PUSTAKA

Artikata.com, 2010. Definisi : Jaring, Arti Kata : jaring.    http://www.artikata.com/arti-331482-jaring.html
            Diakses pada tanggal 19 Desember 2011
Eprints, 2010. Analisis Tingkat Produktivitas Alat Tangkap Jaring Arad.          http://eprints.undip.ac.id/20094/
            Diakses pada tanggal 19 Desember 2011
Seputarberita, 2008. Definisi, Sejarah, Alat Tangkap dan Klasifikasi Jaring    Insang(Gill Net). http://seputarberita.blogspot.com/dfinisi-jaring-insang-jaring-insang.html
            Diakses pada tanggal 19 Desember 2011
UMKM, 2010. Usaha penangkapan dan alat tangkap jaring payang. http://www.bi.go.id>info UMKM>kelayakan Usaha
            Diakses pada tanggal 19 Desember 2011